HERALD.ID, TANGERANG – Malam itu, di Rest Area KM45 Tol Tangerang-Merak, angin membawa bisik-bisik gelap yang mengiringi denting terakhir tahun yang berakhir tragis. Ilyas Abdurahman, bos rental mobil berusia 48 tahun, yang sebelumnya hanya ingin menuntut keadilan atas mobilnya yang tak kembali, kini terbaring tanpa nyawa. Lima letusan memecah malam. Lima peluru, lima kisah yang tercecer di jalan bebas hambatan, menyisakan tanya besar tentang siapa yang tega mengakhiri hidupnya dengan cara brutal.
Namun, malam tak selamanya gelap. Di balik tabir kelam itu, polisi menelusuri jejak yang mulai nampak. Rekaman CCTV menjadi saksi bisu, menangkap bayang-bayang misterius yang menebar teror di ruas jalan itu.
“Kami sudah mengantongi ciri-ciri pelaku dari hasil pemeriksaan CCTV,” ujar Ipda Purba, Kasi Humas Polresta Tangerang, dengan nada tegas, mencoba menghapus rasa cemas yang bergelayut di udara.
Fragmen di Tempat Kejadian
Di tempat kejadian perkara, sisa-sisa peristiwa mengerikan itu masih tertinggal. Mobil Brio oranye milik korban menjadi penanda yang tak bisa diabaikan. Dekat mobil itu, selongsong peluru yang tergeletak di aspal menjadi saksi bisu kejamnya malam itu.
Tim forensik sudah melakukan uji balistik. Hasilnya, peluru-peluru itu berasal dari senjata api jenis pistol. Bukan airsoft gun seperti dugaan awal. Ini adalah penembakan dengan niat membunuh. Bukan sekadar intimidasi, bukan peringatan. Melainkan eksekusi dingin yang direncanakan dengan matang.
“Ada beberapa bukti yang sudah kita kantongi. Petugas di lapangan masih melakukan pengejaran,” kata Purba, menambahkan bahwa proses ini tak akan berhenti sebelum pelaku tertangkap.
Empat Bayangan di Malam Gulita
Dalam upaya mengurai misteri, polisi menemukan fakta baru. Ternyata, ada empat orang terlibat dalam aksi berdarah ini. Mereka datang ke lokasi dengan dua mobil. Empat bayangan yang malam itu menyelinap di kegelapan, membawa niat jahat yang kemudian mengubah hidup seseorang menjadi duka abadi.
“Empat orang terduga pelaku. Mereka menggunakan dua mobil,” ungkap Kombes Baktiar Joko Mujiono, Kapolresta Tangerang.
Siapa mereka? Apa motif mereka? Pertanyaan itu terus bergema di benak banyak orang. Namun, yang jelas, malam itu mereka tak sekadar mencuri mobil. Mereka merampas nyawa dan menyisakan luka yang tak akan sembuh seumur hidup bagi keluarga korban.
Menanti Keadilan di Jalan Panjang
Di tengah malam yang sunyi, istri dan anak-anak Ilyas kini menatap kosong ke arah pintu yang tak akan pernah lagi diketuk oleh sosok yang mereka cintai. Tangis mereka merintih di udara, memohon keadilan yang entah kapan akan datang.
Polisi terus bekerja. Mereka mengejar waktu, berharap peluru-peluru yang berbicara malam itu akan membawa mereka pada sosok-sosok yang bertanggung jawab.
Namun, pertanyaan paling menyayat masih menggantung di udara: Mengapa? Apa yang membuat nyawa Ilyas harus berakhir di tangan empat bayangan itu?
Malam berganti pagi. Jalan tol yang semalam menjadi saksi pembunuhan itu kini kembali sibuk dengan kendaraan yang lalu-lalang, seolah tak ada yang terjadi. Tapi di balik lalu lintas yang terus bergerak, ada luka yang tetap tinggal. Dan ada janji yang dipegang teguh oleh mereka yang mencari keadilan—janji bahwa para pelaku akan ditemukan dan kejahatan ini tak akan dilupakan.
Di ujung jalan panjang ini, harapan terus menyala. Polisi bergerak, langkah demi langkah, menelusuri jejak peluru yang menembus malam gelap di Tol Tangerang. (*)