HERALD.ID, JAKARTA – Senin pagi, gedung megah PSSI di Jakarta menjadi pusat semesta, memuat harapan, keresahan, dan spekulasi yang mengalir deras di kalangan pecinta sepak bola tanah air.

Rumor tentang masa depan Shin Tae-yong, sang nakhoda Timnas Indonesia, telah bergema sejak hari sebelumnya. Ucapan perpisahan seorang anggota Exco PSSI di media sosial menjadi api kecil yang menyulut bara di hati para suporter. “Terima kasih Shin Tae-yong atas kebersamaannya,” tulisnya, seperti sebuah epilog sebelum cerita ini benar-benar berakhir.

Di luar gedung, wajah-wajah penggemar bercampur antara harapan dan ketakutan. Spanduk bertuliskan, “Kami Percaya Shin!” berkibar di antara kerumunan. Namun, di sudut lain, bisikan tentang pelatih baru dari Eropa melayang di udara, seakan menjadi janji akan babak baru dalam perjalanan panjang Timnas Indonesia menuju pentas dunia.

Erick Thohir, ketua umum PSSI, akan memimpin konferensi pers, guna meredakan badai di dalamnya

Bagi publik sepak bola tanah air, Shin Tae-yong bukan hanya pelatih; ia adalah sosok yang membawa mimpi ke lapangan, yang mengubah timnya menjadi lebih dari sekadar sebelas pemain.

Dunia seakan terpecah dua. Ada yang memuja keputusan, ada yang mencemoohnya. Namun satu hal yang pasti: sepak bola Indonesia telah menciptakan bab lain dalam sejarahnya, sebuah narasi yang tak hanya tentang gol dan trofi, tetapi tentang harapan, perubahan, dan perjuangan untuk menemukan identitas sejati.

Dan Shin Tae-yong, bagaimanapun akhirnya, akan tetap menjadi nama yang bergaung di antara gemuruh tribun stadion.(*)