Di luar gedung pemeriksaan, suasana malam di Makassar terasa lengang. Kapolda Sulawesi Selatan, Irjen Pol Yudhiawan, mengutarakan kepada awak media bahwa pihaknya tengah fokus memeriksa saksi-saksi di sekitar lokasi kejadian.
“Kami yakin pelaku ada di sekitar situ-situ saja,” ujarnya, optimis bahwa lingkaran misteri ini segera terungkap.
Senapan angin yang menjadi sorotan utama dalam kasus ini juga tidak luput dari perhatian polisi. Polres Bone telah menyita 11 senapan angin dari beberapa warga di Desa Pattuku Limpoe, tempat kejadian perkara. Barang bukti tersebut kini tengah diperiksa di Laboratorium Forensik Polda Sulsel.
Namun bagi Maryam, senapan angin yang sering dilihatnya bersama almarhum suaminya adalah petunjuk paling kuat.
“Orang yang diduga itu memang setiap hari tembak burung. Senapannya sering dilihat almarhum dan saya. Senjata itu agak canggih, ada kamera inframerah,” tuturnya dengan suara bergetar, seolah mengingat setiap detail senjata itu dengan jelas.
Penyelidikan pun terus berlanjut. Polisi menggali keterangan dari saksi lain, termasuk tukang bangunan yang bekerja di kantor hukum milik Rudy saat kejadian. Namun, pemeriksaan mereka terkendala trauma yang dialami Maryam. Para tukang bangunan ini enggan memberikan kesaksian tanpa kehadiran Maryam.
Tadjuddin berharap bahwa pekan ini akan ada perkembangan signifikan dalam kasus ini.
“Kami berharap pekan ini sudah ada penetapan tersangka penembak Rudy S Gani,” ujarnya dengan penuh harap.
Kenangan Maryam kembali ke malam tragis itu. Malam yang harusnya penuh keceriaan menyambut tahun baru berubah menjadi mimpi buruk. Mereka sedang berkumpul bersama keluarga, menikmati makan malam sederhana. Namun, suasana berubah mencekam ketika suara ledakan terdengar dari arah luar.
“Tiba-tiba ada suara ledakan, dan dia langsung tergeletak,” ujar Maryam dengan suara parau, matanya berkaca-kaca. Ia ingat betul momen ketika tubuh suaminya tumbang tepat di sampingnya.
Awalnya, Maryam mengira Rudy mengalami pecah pembuluh darah. Namun, ketika ia membersihkan darah yang mengucur dari wajah suaminya, ia melihat memar di samping hidung. Perasaan ngeri merayapi dirinya. Ia sadar bahwa ini bukan kejadian biasa.
Keluarga baru menyadari bahwa Rudy menjadi korban penembakan setelah mereka sampai di puskesmas. Seorang polisi yang memeriksa jasad Rudi mengatakan dengan tegas, “Ini luka tembak.”
Kini, setelah semua fakta mulai terungkap, Maryam hanya bisa berharap keadilan berpihak pada mereka. Kasus ini mungkin masih menjadi misteri, tetapi perlahan, tirainya mulai tersibak. Setiap petunjuk yang ditemukan adalah langkah menuju pengungkapan kebenaran. Tinggal menunggu waktu hingga pelaku benar-benar ditemukan dan menghadapi hukuman yang setimpal dengan perbuatannya. (*)