HERALD.ID, JAKARTA – Pagi itu, gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berdiri kokoh di tengah hiruk-pikuk Jakarta. Matahari merangkak pelan, memantulkan sinarnya di kaca-kaca gedung, seolah ingin menyentuh wajah-wajah yang berlalu lalang di pelataran. Di tengah atmosfer tegang yang selalu menyelimuti institusi pemberantas korupsi itu, seorang pria dengan kemeja batik melangkah pasti. Basuki Tjahaja Purnama, atau yang lebih dikenal sebagai Ahok, mantan Komisaris Utama Pertamina, datang membawa aura serius namun tak kehilangan sikap tenang.

Ahok tiba pukul 11.14 WIB. Setiap langkahnya terasa berat, bukan karena keraguan, tetapi karena bobot keadilan yang ia perjuangkan. Kehadirannya di gedung KPK hari itu adalah bagian dari perjalanan panjang kasus dugaan korupsi pengadaan liquefied natural gas (LNG), sebuah skandal besar yang telah menyeret nama-nama penting di dunia energi.

“Buat saksi untuk perusahaan LNG Pertamina,” ucapnya singkat. Kemeja batiknya terlihat menyatu dengan keramaian, tapi tatapannya menembus ke inti persoalan. Dalam peranannya sebagai saksi, Ahok tak hanya mewakili masa lalunya di Pertamina, tetapi juga tanggung jawab moralnya untuk membuka simpul-simpul gelap dalam kasus ini.

Di ruang pemeriksaan, ingatannya mungkin kembali pada saat ia pertama kali menemukan kejanggalan di perusahaan yang pernah dipimpinnya. “Waktu itu, kita temukan sendiri. Kita kirim surat ke Menteri BUMN,” ungkapnya, suaranya terdengar tegas, mencerminkan ketidaksukaannya pada kebohongan dan manipulasi.

Kasus LNG ini telah lama menjadi pusat perhatian. Karen Agustiawan, mantan Direktur Utama Pertamina, sudah lebih dahulu divonis bersalah. Sembilan tahun penjara dan denda Rp 500 juta menjadi ganjarannya. Namun, keputusan pengadilan yang membebankan kerugian negara kepada perusahaan asal Amerika Serikat, Corpus Christi Liquefaction LLC, justru membuka babak baru. Pertanyaan besar menggantung di udara: Siapa lagi yang terlibat?

Ahok tahu, kedatangannya ke KPK hari itu adalah bagian dari puzzle yang lebih besar. Sebagai saksi, ia menyadari bahwa kata-katanya dapat membantu mengurai benang kusut yang menyelimuti kasus ini. Tapi di luar itu, ia adalah simbol dari keberanian melawan arus.