HERALD.ID – Senja yang beranjak di Majene, Sulawesi Barat, membawa kabar duka yang mengguncang hati banyak pihak. Arifuddin Katta, ayah dari Wali Kota Makassar terpilih, Munafri Arifuddin—yang akrab disapa Appi—menghembuskan napas terakhirnya. Kepergian yang tak terduga ini menyelimuti keluarga besar dengan kesedihan mendalam.

Kabar tersebut pertama kali disampaikan Appi kepada kerabatnya, Komjen Pol (Purn) Dr. H. Syafruddin Kambo. Dalam pesan singkatnya, Appi menulis dengan ringkas namun penuh pilu, “Meninggal bapak saya, daeng.”

Mendengar kabar itu, Syafruddin segera menyampaikan belasungkawanya. “Sampaikan kepada keluarga di Majene, turut berbela sungkawa,” ucapnya dengan suara berat.

Wakapolri 2016-2018 itu kemudian menambahkan doa yang tulus, menguatkan hati keluarga yang ditinggalkan, “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami akan kembali.”

“Semoga Allah SWT mengampuni segala dosa dan kekhilafannya, melipatgandakan amal ibadahnya, serta menempatkannya di tempat terbaik di sisi-Nya,” tambah Wakil Presiden Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) ini.

Menpan RB ke-18 itu juga mendoakan agar Appi dan keluarganya diberikan kekuatan, kesabaran, serta keikhlasan dalam menghadapi kehilangan yang besar ini. “Yakinlah, doa dan cinta keluarga akan menjadi penguat di tengah masa sulit ini,” tutupnya dengan penuh harap.

Appi, yang baru saja kembali dari luar negeri untuk mempersiapkan diri menjabat sebagai Wali Kota Makassar, kini harus menghadapi ujian berat. Dalam duka, ia berdiri sebagai anak dan pemimpin yang tengah dititipi tanggung jawab besar, baik untuk keluarga maupun masyarakat yang akan ia pimpin.

Kepergian Arifuddin Katta adalah kehilangan besar bagi keluarga dan orang-orang terdekatnya. Di langit Majene, doa-doa terbang mengiringi kepergiannya, memohonkan ampunan dan tempat terbaik untuknya di sisi Sang Khalik. Dalam duka ini, harapan akan kekuatan dan keikhlasan terus menyertai keluarga yang ditinggalkan, khususnya Appi, yang kini harus melanjutkan perjalanan hidup dengan kenangan sang ayah sebagai pijar dalam langkahnya. (*)