HERALD.ID, JAKARTA – Sorotan terhadap Presiden Joko Widodo yang dinobatkan sebagai salah satu pemimpin terkorup oleh Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) terus menjadi perbincangan hangat.
Tidak hanya memicu perdebatan di media sosial, isu ini bahkan memunculkan ancaman bom terhadap markas OCCRP di Amsterdam.
Pengamat Politik, Rocky Gerung menilai, reaksi semacam ini menunjukkan kepanikan para pendukung Jokowi, yang sering disebut sebagai “ternak Mulyono” oleh netizen.
Rocky menjelaskan bahwa penghargaan negatif dari OCCRP ini akan menjadi bagian tak terpisahkan dari catatan sejarah Jokowi.
“Penghargaan ini adalah semacam stempel yang akan diingat oleh publik internasional. Nama Jokowi akan selalu muncul dalam daftar pemimpin dunia dengan reputasi korup,” ujarnya dikuti dari YouTube Rocky Gerung Official, Senin 13 Januari 2025
Menurut Rocky, yang dimaksud “korupsi” di sini bukan hanya soal penggelapan uang negara, tetapi juga kebijakan dan pola pikir yang koruptif.
Ia mencontohkan bagaimana dinasti politik Jokowi yang melibatkan putranya, Gibran Rakabuming Raka, terus mendapatkan proteksi politik.
Ancaman terhadap markas OCCRP, menurut Rocky, adalah cerminan kemarahan para pendukung Jokowi yang tidak mampu menerima kritik terhadap idolanya.
“Kemarahan ini tidak rasional. Mereka seolah lupa bahwa OCCRP tidak bekerja atas dasar tuduhan semata, melainkan hasil kajian yang melibatkan banyak data dan laporan dari berbagai pihak, termasuk masyarakat,” kata Rocky.
Ia juga menambahkan bahwa persepsi publik internasional tentang korupsi di era Jokowi tidak bisa dibantah dengan klaim popularitas di dalam negeri.
“Indeks persepsi korupsi kita memburuk. Ini fakta yang tidak bisa dikompensasi dengan klaim bahwa 82% rakyat masih mendukung Jokowi,” tegasnya.
Rocky melihat isu ini sebagai momentum bagi Prabowo Subianto untuk memperkuat citranya sebagai pemimpin yang berpihak pada keadilan.
“Prabowo mulai mengambil peran populis dengan menyelesaikan isu-isu mikro yang langsung bersentuhan dengan rakyat, seperti kasus persekusi anak di Sumatera Utara atau polemik pagar bambu di pesisir,” paparnya.
Menurut Rocky, langkah ini bisa menjadi cara Prabowo untuk membangun jarak politik dari Jokowi, terutama jika persepsi publik terhadap mantan presiden itu terus memburuk.
Rocky menegaskan bahwa isu ini tidak akan hilang dalam waktu dekat. “Ini bukan sekadar polemik sesaat. Stigma sebagai pemimpin korup akan terus membayangi Jokowi bahkan setelah masa jabatannya selesai,” katanya.
Ia juga menyebut bahwa ancaman bom terhadap OCCRP hanya memperburuk citra para pendukung Jokowi.
“Alih-alih membela, mereka justru memperkuat persepsi negatif tentang korupsi dan otoritarianisme di era Jokowi,” pungkasnya.
Dengan isu ini yang terus berkembang, Rocky memprediksi tahun politik ke depan akan semakin memanas, terutama dengan potensi konfrontasi antara kelompok pendukung Jokowi dan oposisi yang semakin menguat.
“Ini adalah babak baru dalam pertarungan politik Indonesia yang akan menentukan arah masa depan bangsa,” tutup Rocky. (*)