HERALD.ID, BANTUL – Sebanyak 322 ekor sapi di Kabupaten Bantul terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sejak Minggu, 12 Januari 2025. Imbas dari temuan ini, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bantul menutup sementara Pasar Hewan Imogiri mulai Selasa, 14 Januari hingga 27 Januari 2025.
Selain itu, sebanyak 32 ekor sapi dilaporkan mati akibat terjangkit penyakit tersebut. Kepala DKPP Bantul, Joko Waluyo, menyatakan bahwa penutupan pasar hewan dilakukan untuk mencegah penyebaran virus PMK lebih luas.
“Mulai hari ini, Pasar Hewan Imogiri kami tutup selama 14 hari ke depan. Langkah ini diambil karena sudah ada 322 sapi yang terjangkit PMK di Bantul, 32 di antaranya mati, dan 2 ekor dipotong paksa,” ujar Joko saat meninjau pasar hewan tersebut, Selasa 14 Januari 2025.
Menurut Joko, Pasar Hewan Imogiri selama ini menjadi jalur utama lalu lintas hewan ternak dari luar daerah. Karena itu, penutupan pasar dianggap langkah efektif untuk mencegah masuknya virus dari luar wilayah Bantul.
“Pasar ini cukup ramai, dengan banyak ternak yang datang dari luar Bantul. Dengan penutupan sementara ini, kami berharap bisa memutus rantai penyebaran virus PMK,” katanya.
Penyemprotan Disinfektan dan Penyediaan Obat
Untuk mengantisipasi lonjakan kasus, DKPP Bantul telah melakukan penyemprotan disinfektan di lokasi-lokasi yang terjangkit PMK. Joko menambahkan bahwa pihaknya telah mengajukan anggaran Belanja Tidak Terduga (BTT) kepada Pemerintah Kabupaten Bantul untuk membeli obat dan disinfektan.
“Kami sudah mengusulkan dana BTT untuk pengadaan obat dan disinfektan. Dana ini sangat penting untuk pengendalian PMK,” jelas Joko.
Meski telah dilakukan berbagai upaya, penyebaran PMK masih berdampak besar pada aktivitas jual beli di pasar hewan. Joko mengungkapkan bahwa jumlah sapi yang diperjualbelikan di pasar turun drastis dari 500-700 ekor menjadi sekitar 50 ekor saja.
“Biasanya, jumlah sapi yang masuk pasar sekitar 600-700 ekor. Tapi terakhir kemarin, hanya sekitar 50 ekor yang terjual,” ungkapnya.
Vaksinasi PMK dan Edukasi Masyarakat
Terkait upaya pemberian vaksin PMK, Joko menyebut pihaknya masih menunggu alokasi vaksin dari pemerintah pusat. Hingga saat ini, Bantul baru menerima 274 dosis vaksin dari Asosiasi Peternak Sapi Potong. Pemerintah pusat direncanakan akan mengirimkan 30.000 dosis vaksin pada akhir bulan.
“Kami masih menunggu alokasi vaksin dari pusat. Sementara ini, kami sudah menerima bantuan 274 dosis vaksin dan akan ada tambahan 30.000 dosis akhir bulan ini,” ujar Joko.
Sementara itu, Joko memastikan bahwa kambing dan domba tidak terjangkit PMK. Penutupan pasar hewan hanya berlaku untuk sapi.
“Kambing dan domba masih aman. Jadi penutupan pasar hanya berlaku untuk ternak sapi,” katanya.
DKPP Bantul juga aktif melakukan kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada masyarakat, petani, dan pedagang untuk mengurangi kepanikan akibat wabah PMK.
“Kami terus melakukan KIE dan pengobatan kepada hewan yang terjangkit. Kami juga sudah membuat Surat Edaran kepada Panewu dan Lurah agar masyarakat tidak panik menghadapi wabah PMK ini,” tambahnya.
Harga Sapi Turun Drastis
Lurah Pasar Hewan Imogiri, Turadi, mengatakan bahwa wabah PMK memengaruhi harga sapi di pasar. Biasanya, harga sapi ukuran besar mencapai Rp27 juta hingga Rp30 juta per ekor. Namun, saat ini jumlah sapi yang diperjualbelikan turun drastis.
“Pada hari-hari biasa, sekitar 400-500 sapi masuk ke pasar, belum termasuk kambing. Harga sapi besar biasanya Rp27 juta hingga Rp30 juta, tergantung jenis dan ukurannya. Tapi sekarang, jumlah sapi yang masuk sangat sedikit,” ujar Turadi.
Terkait rencana impor sapi oleh pemerintah pusat, Joko memastikan bahwa hal itu bukan disebabkan oleh wabah PMK. Namun, ia berharap Kabupaten Bantul mendapatkan bantuan sapi impor mengingat daerah ini merupakan penyuplai daging terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
“Impor sapi bukan karena PMK. Tapi kami berharap Bantul mendapat bantuan, mengingat kabupaten ini menyuplai sekitar 70 persen kebutuhan daging di DIY,” jelas Joko. (liv/ss)
Penulis: Olivia Rianjani