HERALD.ID, LOS ANGELES – Di sebuah kawasan Los Angeles yang dirundung duka, asap tebal masih membumbung ke langit. Deretan rumah terbakar habis menjadi abu, meninggalkan sisa-sisa kehidupan yang menguap bersama panas api. Namun di tengah kehancuran itu, sebuah pemandangan luar biasa muncul: sebuah rumah berdiri utuh, tanpa luka. Catnya masih berkilau, gentingnya tak bergeser, dan taman kecil di depannya tampak seperti baru saja disirami hujan pagi.

Pemilik rumah, seorang pria paruh baya dengan mata yang bersinar penuh rasa syukur, berdiri di teras rumahnya yang utuh. Ia mengangkat tangannya ke langit, memanjatkan doa dengan suara bergetar. “Tuhan menyelamatkan rumahku!” serunya, disaksikan oleh para tetangga yang masih tertegun.

Di dalam rumah itu, tak ada teknologi canggih, tak ada perlindungan khusus dari api. Hanya sebuah keyakinan mendalam yang telah lama menjadi fondasi hidupnya. Alkitab di ruang tamu terbuka di atas meja kecil, halamannya penuh coretan dan lipatan. Ayat-ayat tentang perlindungan Tuhan terpampang jelas, menjadi saksi bisu atas keyakinan yang ia pegang erat.

“Tuhan itu nyata. Dia melindungi orang-orang yang takut dan percaya kepada-Nya,” katanya dengan suara serak. “Ketika saya melihat api mendekat, saya tidak punya apa-apa selain doa. Saya percaya, Dia akan menjaga saya dan rumah ini. Dan lihatlah, Dia membuktikannya.”

Para tetangga memandang dengan campuran haru dan takjub. Mereka yang sebelumnya skeptis kini bertanya-tanya, apakah ini sebuah kebetulan, atau memang tangan Tuhan yang bekerja? Sang pemilik rumah menjawab dengan tenang, “Anda tidak bisa mengatakan ini bukan karena Tuhan. Takut dan percayalah kepada-Nya. Tuhan itu nyata.”

Dalam keheningan yang mendalam, kisah rumah yang tak terbakar ini menjadi lebih dari sekadar sebuah anomali fisik. Ia berubah menjadi kesaksian hidup tentang iman, tentang mukjizat yang masih nyata di dunia modern ini. Rumah itu bukan sekadar bangunan yang selamat dari api, tetapi simbol dari keyakinan yang tak tergoyahkan.

“Tuhan telah menunjukkan kepada kita bahwa mukjizat-Nya nyata,” kata sang pemilik rumah, dengan senyum yang penuh makna.

Diberitakan sebelumnya, angin kencang dan kondisi cuaca yang kering memicu kebakaran yang menghanguskan sejumlah wilayah di Los Angeles, AS. Sejauh ini, kebakaran telah melanda area seluas 100 km persegi, sekitar seperenam wilayah Jakarta.

Meskipun ribuan petugas pemadam kebakaran telah berupaya keras, api masih belum dapat dipadamkan. Seorang pemadam kebakaran mengatakan kepada BBC pada Kamis 9 Januari bahwa kebakaran masih terus meluas.

Kondisi cuaca dan dampak langsung dari perubahan iklim diperkirakan akan terus memicu kebakaran yang terus meluas selama beberapa hari ke depan.

Kebakaran yang terjadi di kawasan Pacific Palisades—yang menjadi tempat tinggal banyak selebritas—adalah kebakaran terparah dalam sejarah Los Angeles. Lebih dari 10.000 bangunan dilaporkan hangus terbakar. (*)