HERALD.ID, BEKASI – Minggu pagi, 12 Januari 2025, di bawah pohon akasia yang rindang, tubuh Sandy Permana ditemukan tergeletak, bersimbah darah. Wajahnya yang dulu cerah di layar kaca kini membeku, meninggalkan duka mendalam di hati mereka yang mengenalnya.

Di tempat lain, di sudut Karawang yang sunyi, seorang pria dengan rambut gimbal tengah bersembunyi di balik bayang-bayang. Nanang Irawan, yang dikenal tetangganya sebagai Gimbal alias “Limbad” karena kemiripan penampilan, kini menjadi sosok yang diburu hukum. Tubuhnya penuh tato, suaranya jarang terdengar, namun namanya menggema di tengah berita pembunuhan aktor ternama itu.

Ade Andriani, istri Sandy, masih mengingat malam naas itu dengan jelas. Semuanya bermula dari sebuah teguran sederhana. Sandy, yang dikenal tegas namun penuh perhatian, menegur Nanang karena minuman keras yang dibawanya ke sebuah pertemuan warga. Perkataan itu, meski singkat, menyulut api dalam hubungan mereka. Sejak saat itu, perseteruan antara dua pria bertetangga itu semakin memanas, tak ubahnya bara yang ditiup angin.

“Mereka pernah tinggal bersebelahan,” ungkap Bambang Prayitno, salah satu tetangga mereka di Cibarusah Jaya. “Nanang itu dulunya kru film. Dulu biasa-biasa saja, tapi makin lama makin jarang bergaul. Sosoknya menakutkan bagi sebagian orang.”

Polisi bergerak cepat. Penelusuran membawa mereka ke Karawang, di mana Nanang mencoba bersembunyi dari kejaran hukum. Di balik dinding kamar yang sempit, lelaki bertato itu menunggu dengan napas berat. Namun, pagi itu tak memberinya perlindungan. Tim dari Polda Metro Jaya menangkapnya dalam senyap, membawa sosok yang menjadi teka-teki bagi banyak pihak kembali ke Jakarta untuk diadili.