HERALD.ID – Kerugian ekonomi dan kerusakan akibat kebakaran hutan di Los Angeles, Amerika Serikat diperkirakan mencapai lebih dari 250 miliar dolar AS, atau setara Rp 4.066 triliun (kurs Rp 16.266 per dolar AS).

Perkiraan kerugian ekonomi dan kerusakan yang terjadi akibat kebakaran di California melampaui nilai bantuan AS untuk Israel melancarkan serangan ke Palestina sejak 1959.

Seiring dengan terus berkobarnya kebakaran di California Selatan dan cakupan kerusakan dahsyat, hilangnya nyawa, gangguan bisnis, dan dampak ekonomi lainnya menjadi lebih jelas, AccuWeather telah memperbarui dan meningkatkan perkiraan awal total kerusakan dan kerugian ekonomi menjadi antara 250 miliar dolar AS hingga 275 miliar dolar AS.

“Api yang bergerak cepat dan didorong angin ini telah menciptakan salah satu bencana kebakaran hutan termahal dalam sejarah modern AS,” kata Kepala Meteorologi AccuWeather Jonathan Porter, dikutip dari Accuweather.com, Rabu (14/1/2025).

“Angin kencang mengirimkan api yang membakar lingkungan yang dipenuhi rumah-rumah seharga jutaan dolar. Kehancuran yang ditinggalkan sangat menyedihkan, dan dampak ekonominya sangat mengejutkan,” lanjutnya.

Kebakaran terburuk terjadi di area dari Santa Monica hingga Malibu, yang berdampak pada beberapa real estate termahal di negara ini, dengan nilai rumah rata-rata lebih dari 2 juta dolar AS.

“Jika sejumlah besar bangunan tambahan terbakar dalam beberapa hari mendatang, ini mungkin menjadi kebakaran hutan terburuk dalam sejarah California modern berdasarkan jumlah bangunan yang terbakar dan kerugian ekonomi,” ujar Porter.

Untuk melihat besarnya kerugian dalam konteksnya, perkiraan kerusakan dan ekonomi terbaru untuk kebakaran yang terjadi di California Selatan ini melampaui angka kerusakan dan kerugian ekonomi untuk seluruh musim kebakaran hutan tahun 2020, yang merupakan musim kebakaran hutan AS yang sangat aktif, menurut catatan Porter.

Kerusakan dan kerugian ekonomi di Los Angeles jauh lebih tinggi daripada kebakaran hutan mematikan di Maui pada tahun 2023, yang menelan biaya 13 miliar dolar AS hingga 16 miliar dolar AS, dan juga telah melampaui perkiraan kerusakan dan kerugian ekonomi sebesar 225—250 miliar dolar AS setelah Badai Helene tahun 2024.

“Tragisnya, kehidupan telah berubah selamanya hanya dalam hitungan menit. Banyak keluarga mungkin tidak mampu membangun kembali atau memperbaiki dan kembali. Bisnis mungkin tidak dapat pulih, dan pekerjaan akan hilang secara permanen. Ribuan orang sangat membutuhkan bantuan, awalnya kebutuhan dasar dan penopang hidup berupa makanan, air, dan tempat tinggal, saat tragedi ini terjadi,” kata Porter.

“Banyak keluarga akan menghadapi biaya tak terduga yang signifikan untuk pindah ke daerah lain di California Selatan. Proses pemulihan akan sangat mahal dan menantang secara emosional dalam beberapa bulan dan tahun mendatang,” terang Porter.

Pembaruan ini memperhitungkan informasi baru dan tambahan, termasuk kerusakan dan hancurnya ribuan rumah dan bisnis, kerusakan pada utilitas dan infrastruktur, dampak finansial dari perintah evakuasi, dan biaya jangka panjang untuk membangun kembali atau relokasi bagi orang-orang di daerah padat penduduk yang rumahnya hancur.

Biaya pembersihan dan pemulihan juga perlu diantisipasi, biaya tempat tinggal darurat, serta biaya perawatan kesehatan langsung dan jangka panjang bagi orang-orang yang terluka atau terpapar kualitas udara yang tidak sehat dari asap kebakaran hutan.

Estimasi AccuWeather juga memperhitungkan hilangnya upah dan pemindahan rumah bagi ribuan orang di California Selatan yang pekerjaannya terdampak sementara, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan banyaknya pemutusan hubungan kerja, PHK, atau penutupan usaha dan hilangnya lapangan pekerjaan.

AS gelontorkan 17,9 miliar dolar untuk Israel

Sementara itu, dikutip dari laman Aljazirah awal Oktober 2024 lalu, Amerika Serikat dilaporkan telah menghabiskan 22,76 miliar dolar AS untuk mendukung perang Israel di Gaza dan operasi melawan Houthi di Yaman, menurut laporan oleh Watson Institute, Universitas Brown.

Bantuan militer senilai 17,9 miliar dolar untuk Israel sejak perang di Gaza dimulai setahun yang lalu adalah jumlah tahunan tertinggi yang pernah ada, menurut laporan tersebut. Bantuan untuk Israel adalah campuran dari pembiayaan militer, penjualan senjata, dan transfer dari persediaan senjata AS, menurut laporan tersebut, yang merupakan bagian dari proyek Biaya Perang.

Sebagian besar persenjataan yang dikirim AS adalah amunisi, kata laporan itu, termasuk peluru artileri dan bom seberat 2.000 pon (907 kg).

Tidak seperti bantuan militer AS yang didokumentasikan secara publik untuk Ukraina, rincian beberapa pengiriman militer AS ke Israel lebih sulit dipahami, sehingga angka 17,9 miliar tidak lengkap, menurut para peneliti di Universitas Brown.

Israel, sekutu terkuat AS di Timur Tengah, adalah penerima bantuan militer AS terbesar dalam sejarah, menerima 251,2 miliar dalam dolar yang disesuaikan dengan inflasi sejak 1959, menurut laporan tersebut.