HERALD.ID, JAKARTA – Di sebuah ruang yang penuh dengan peta, angka, dan cita-cita, dua sosok pemimpin duduk berhadapan. Taruna Ikrar, Kepala BPOM RI yang dikenal dengan gagasan-gagasannya yang cemerlang, dan Sakti Wahyu Trenggono, Menteri Kelautan dan Perikanan, bertukar pandangan di bawah sorotan visi besar bangsa.
Di balik percakapan hangat itu, terbersit suara-suara dari masa depan: tawa riang anak-anak sekolah yang mendapat nutrisi cukup, senyum petani garam yang memanen hasil bumi mereka tanpa khawatir harga jatuh, dan nelayan yang membawa pulang hasil laut yang dihargai dunia. Semua ini terangkum dalam satu nama: Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Bahasa Garam dan Lautan
“Garam farmasi harus kita mandirikan. Hilirisasi produk perikanan harus kita maksimalkan,” tegas Taruna dengan semangat. Ia berbicara bukan sekadar tentang angka atau kebijakan, melainkan tentang nyawa—bahwa garam yang halus dan putih itu adalah jantung dari berbagai sektor, dari dapur sederhana hingga laboratorium modern.
Di sisi lain, Sakti Wahyu Trenggono mengangguk, menjelaskan bagaimana laut Indonesia yang luas bukan hanya karunia, tetapi juga tanggung jawab. “Albumin dari ikan gabus, hasil laut berkualitas tinggi, semua ini bukan sekadar komoditas. Ini adalah bahan baku untuk membangun manusia Indonesia yang sehat dan kuat,” ujarnya penuh keyakinan.
Menyulam Inovasi dan Kolaborasi
Taruna, yang diakui dunia sebagai ilmuwan dengan publikasi di jurnal Nature, berbicara tentang perubahan. “Kita terlalu lama menjadi pemakai, bukan pencipta,” katanya. Sorot matanya tajam, seperti mengajak semua orang untuk berhenti puas pada keadaan. Ia memaparkan data: Indonesia hanya memiliki 54.200 publikasi ilmiah sejak merdeka, jauh tertinggal dari Malaysia, Singapura, apalagi Jepang dan Amerika Serikat.
Namun, di balik statistik itu, ada semangat baru. Melalui program Pangan Aman Goes to Campus (PAGC), Taruna memfasilitasi kampus-kampus untuk menjadi pelopor inovasi, menghubungkan mereka dengan dunia usaha dalam sinergi yang saling menguatkan. “Ini bukan hanya soal riset, ini soal menciptakan ekosistem—di mana ilmu, bisnis, dan masyarakat bersatu untuk kemajuan bersama,” imbuhnya.
Asta Cita dan Janji kepada Bangsa
Pertemuan itu, meski berpusat pada garam dan hasil laut, sejatinya berbicara lebih besar: tentang kemandirian bangsa, tentang Asta Cita Presiden Prabowo Subianto yang menempatkan sumber daya manusia unggul sebagai prioritas. Di sini, BPOM dan Kemenlutkan bukan sekadar lembaga, tetapi tangan-tangan yang menyulam mimpi-mimpi besar menjadi kenyataan.
“Ini bukan pekerjaan satu atau dua tahun,” kata Taruna. “Tapi kita mulai hari ini, agar generasi kita ke depan tidak lagi menjadi konsumen pengetahuan, melainkan produsen kebijaksanaan.”
Di Ujung Horizon
Saat pertemuan itu berakhir, tampak bahwa apa yang dimulai di ruangan kecil itu memiliki potensi untuk menggema ke seluruh pelosok negeri. Garam yang sederhana, ikan yang berenang bebas di laut, kini membawa harapan besar bagi jutaan anak Indonesia yang akan tumbuh dengan nutrisi dan pendidikan yang layak.
Dan di bawah langit yang luas, laut dan tanah Indonesia seolah berbisik: “Kami siap menjadi lebih dari sekadar sumber daya. Kami siap menjadi kebanggaan bangsa.” (*)