HERALD.ID, BOGOR – Pagi itu, udara di Bogor Selatan terasa mencekam. Di sebuah rumah mewah yang biasanya dihiasi ketenangan, sebuah tragedi terjadi. Septian, seorang pria berusia 37 tahun yang bertugas sebagai satpam, ditemukan tewas bersimbah darah di ruang kerjanya.

Luka mengerikan terlihat di bagian kepala dan dadanya, tanda-tanda kekerasan yang begitu brutal. Hanya pada pukul 04.20 WIB, detik-detik terakhir hidupnya terjadi, mengakhiri hidup yang biasa berlalu dalam keheningan tugas yang tak pernah mengganggu siapapun.

Kabar tersebut pertama kali datang dari seorang saksi yang bekerja sebagai sopir di rumah tersebut. Dengan tergesa, ia melaporkan kejadian tersebut kepada pihak kepolisian. Begitu mendengar laporan itu, petugas segera bergerak cepat, menuju lokasi dan menemukan mayat Septian dalam keadaan mengenaskan. Proses evakuasi jenazah dilakukan, dan segera dilakukan autopsi untuk mengetahui penyebab pasti kematian pria itu.

Dugaan pembunuhan segera mengarah pada majikan rumah tersebut, yang diketahui berinisial AMM. Pihak kepolisian berhasil mengamankan pelaku tak lama setelah kejadian, meskipun identitasnya belum sepenuhnya dibuka. Ternyata, hubungan antara korban dan pelaku adalah hubungan majikan dengan bawahan, yang seharusnya diliputi rasa saling percaya. Namun, segala yang terbangun selama ini, mungkin hancur dalam sekejap akibat perselisihan yang tak bisa lagi dijembatani. Motif pembunuhan itu sendiri masih buram, meski polisi menyebutkan adanya ketegangan yang terjadi di antara mereka.

Tak hanya itu, hasil tes urine terhadap pelaku menunjukkan adanya kandungan narkotika jenis sinte, yang mungkin menjadi salah satu faktor yang memperburuk keadaan. Pemakaian zat terlarang itu memberi warna kelam pada kejadian yang sudah tragis ini. Polisi pun tidak hanya mengamankan pelaku, tetapi juga memeriksa lima orang saksi—termasuk anggota keluarga, pembantu, dan sopir—yang semuanya menjadi bagian dari kisah kelam yang kini terungkap perlahan.

Perselisihan, mungkin, hanyalah puncak dari gunung es ketegangan yang tak pernah terlihat. Namun, satu hal yang pasti, nyawa telah hilang, dan kepercayaan yang telah lama terjalin di antara majikan dan bawahan kini hancur. Tragedi ini bukan hanya sebuah pembunuhan, tetapi sebuah cerita pilu tentang bagaimana kemarahan dan ketidakmampuan mengelola konflik bisa berujung pada sebuah akhir yang tak termaafkan. (*)