HERALD.ID, YALIMO – Di bawah langit kelabu Papua Pegunungan, nama Aske Mabel dahulu dikenal sebagai abdi negara, anggota Polres Yalimo, yang setiap harinya mengenakan seragam kebanggaan. Namun, perjalanan hidupnya berubah arah, meninggalkan tugas sebagai pelindung masyarakat dan berbalik menjadi ancaman. Kini, ia dikenal sebagai pimpinan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang menebar teror di wilayah Yalimo, menumpahkan darah tanpa pandang bulu.

Masa-Masa di Kepolisian

Aske Mabel mengawali karirnya sebagai anggota Satuan Sabhara Polres Yalimo pada tahun 2022. Dua tahun ia mengemban tugas, menjaga ketertiban dan keamanan di tengah kompleksitas wilayah Papua Pegunungan. Namun, karir itu berakhir mendadak pada 2024, ketika ia memilih jalan desersi, meninggalkan tanggung jawab tanpa jejak.

Kapolres Yalimo, Kompol Joni Samonsabra, mengenang momen kepergiannya. Tidak ada upacara pemecatan resmi yang digelar untuk Aske. Sebelum hukum internal kepolisian berjalan, ia sudah lebih dulu melarikan diri.

“Kalo sudah ideologi-ideologi lain ya itu,” ujar Joni, menggambarkan arah pikiran Aske yang mulai bergeser.

Jejak Kegelapan: Membelot ke KKB

Setelah membelot, Aske Mabel tidak sekadar hilang dari radar. Ia muncul kembali sebagai pemimpin KKB di wilayah Yalimo, membawa senjata api dan ideologi yang berlawanan dengan negara. Sejak saat itu, ia memimpin berbagai aksi brutal yang mencoreng kedamaian.

Dalam sebuah video yang viral, Aske mendeklarasikan dirinya sebagai Panglima Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) untuk Kodap Balim Timur Yali-Yalimo. Dengan senjata rampasan di tangan, ia bersumpah menggunakan peralatan logistik tersebut demi perjuangan yang ia yakini.

Rentetan Aksi Berdarah

Setelah menjadi bagian dari KKB, Aske Mabel melancarkan serangkaian aksi yang mengerikan:

  1. Merampas Senjata Api Polisi
    Pada Juni 2024, Aske bersama kelompoknya merampas senjata laras panjang jenis AK-47 dari anggota Polri. Video aksinya dirilis ke publik, menunjukkan keberanian sekaligus ancaman nyata.
  2. Menembak Sopir Truk
    Desember 2024, iring-iringan truk di Kampung Hobakma menjadi sasaran peluru kelompoknya. Seorang sopir truk tewas di tempat, meninggalkan trauma mendalam bagi masyarakat.
  3. Membunuh Tukang Senso
    Januari 2025, dua tukang senso asal Sulawesi Selatan menjadi korban berikutnya. Mereka ditembak dan dibacok tanpa ampun di tengah aktivitas mencari nafkah di Kampung Hobakma.
  4. Membunuh Anggota Brimob
    Aksi terakhirnya yang mengguncang adalah penembakan Briptu Iqbal Anwar Arif. Dalam sebuah patroli rutin di Distrik Elelim, kelompok Aske menghadang mobil Brimob dengan blokade kayu. Ketika kendaraan berhenti, rentetan peluru menghujani, menewaskan Briptu Iqbal.

Kejaran Aparat dan Harapan Masyarakat

Kini, Aske Mabel dan kelompoknya menjadi target utama aparat gabungan TNI-Polri. Dengan 400 personel yang dikerahkan, pengejaran intensif terus dilakukan demi memulihkan kedamaian di Yalimo.

Namun, bayang-bayang aksi Aske telah menyisakan luka yang sulit sembuh di hati masyarakat. Dari seorang abdi negara hingga menjadi musuhnya, kisah Aske Mabel adalah ironi suram yang menegaskan bahwa ideologi bisa merenggut seseorang dari jalannya.

Langit Papua mungkin akan cerah kembali, tapi jejak kelam Aske Mabel tetap menjadi pengingat pahit akan rapuhnya batas antara pelindung dan ancaman.(*)