HERALD.ID, MAKASSAR – Di tengah sorotan publik terhadap penempatan buzzer di jabatan strategis, nama Kristia Budiyarto—lebih dikenal sebagai Dede Budiyarto alias Kang Dede atau @kangdede78 di media sosial—menjadi perbincangan.

Ia menduduki kursi Komisaris di PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) atau PT Pelni sejak 2020. Penunjukkannya tertuang dalam Surat Keputusan Kementerian BUMN Nomor SK-354/MBU/11/2020. Namun, di balik jabatan itu, kisah riwayat pendidikannya memunculkan pertanyaan.

Menurut laman resmi PT Pelni, Kristia disebut sebagai lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin, Makassar. Namun, ini dibantah pihak kampus. Abdullah Sanusi, Direktur Kemahasiswaan Universitas Hasanuddin, menegaskan, Kristia tidak pernah tercatat sebagai mahasiswa maupun alumni universitas tersebut. Bahkan, Universitas Hasanuddin sendiri tidak memiliki Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Ilmu Komunikasi hanya ada di bawah naungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

“Sudah kami cek, yang bersangkutan tidak tercatat sebagai mahasiswa atau alumni,” ujar Abdullah melalui pesan singkat, Rabu, 15 Januari 2025.

Kristia, yang pernah menjadi sosok vokal di media sosial mendukung Presiden Joko Widodo pada Pilpres 2019, kini menjadi figur kontroversial di jagat maya. Kampanye daringnya dikenal penuh semangat, dengan tagar-tagar yang menyuarakan dukungan seperti #Albantani, yang merujuk pada kakek buyut Ma’ruf Amin, pasangan Jokowi saat itu. Di sisi lain, cuitannya juga kerap menimbulkan polemik, seperti ketika memelesetkan kata “khilafah” menjadi “khilaf*ck.”

Namun, ketika media mencoba mengonfirmasi langsung terkait riwayat pendidikannya, Kristia memilih diam.

Manajemen PT Pelni sendiri enggan menanggapi lebih jauh. Ditto Pappilanda, Manajer Komunikasi Korporasi seperti dilansir Tempo menyatakan, penunjukan komisaris adalah kewenangan penuh Kementerian BUMN. “Kami percaya Kementerian BUMN menempatkan putra-putri terbaik untuk mengawasi kinerja perusahaan dengan asas profesionalitas dan integritas,” tulisnya dalam pernyataan resmi.

Sumber internal PT Pelni, yang enggan disebutkan namanya, mengaku bahwa proses verifikasi riwayat pendidikan Kristia tidak dilakukan oleh manajemen. “Kami hanya menjalankan keputusan kementerian,” ujarnya singkat.

Kini, Kristia Budiyarto masih aktif di media sosial, mengalihkan dukungannya kepada Presiden Prabowo Subianto, penerus Presiden Jokowi. Sementara itu, sorotan terhadap riwayatnya tetap menjadi tanda tanya besar di tengah publik yang mendambakan transparansi dan profesionalitas dalam penempatan jabatan strategis. Di balik layar gemerlap media sosial, dunia nyata menunggu jawaban yang tak kunjung tiba. (*)