HERALD.ID, JAKARTA — Pergerakan saham-saham yang stagnan (sideway) masih menjadi perhatian utama para pelaku pasar, terutama ketika para investor besar terus melakukan akumulasi secara konsisten.
Salah satu contohnya adalah saham Sido Muncul (SIDO), yang meski sepanjang 2024 mengalami tren pelemahan, tetap menjadi incaran investor global seperti Franklin Resources, Vanguard Group, dan WisdomTree.
Pertanyaannya, kapan saham ini akan bangkit dan memberikan potensi keuntungan bagi investor?
Saham SIDO
Sepanjang 2024, aksi akumulasi saham SIDO cukup masif. Franklin Resources memimpin dengan akumulasi lebih dari 131 juta lembar saham, diikuti oleh beberapa institusi besar lainnya.
Namun, tren saham SIDO justru terus melemah hingga awal 2025. Pada perdagangan terbaru, saham ini turun 1% ke harga Rp570, setelah sempat mencoba rebound di Rp615 beberapa waktu lalu.
Secara teknikal, SIDO kini berada di bawah garis MA50, menunjukkan tren pelemahan yang belum berakhir.
Dengan potensi penurunan menuju support kuat di Rp550–560, para pelaku pasar yang ingin masuk disarankan menunggu di area tersebut untuk spekulasi jangka pendek. Target trading saat ini berada di level MA50 sekitar Rp600.
Saham PGAS
Berbeda dengan SIDO, saham PGAS menunjukkan pergerakan yang lebih positif. Setelah berhasil rebound dari garis MA50 di Rp1.595, PGAS mencatat kenaikan 4% dan kembali mendekati resistensi di Rp1.700.
Namun, selama beberapa kali percobaan, level ini masih sulit ditembus, menunjukkan potensi sideway dalam jangka pendek.
Jika mampu menembus Rp1.700, target berikutnya berada di Rp1.800. Namun, jika gagal, PGAS berpotensi terkoreksi kembali ke Rp1.600.
Saham ini masih layak dipantau, terutama bagi investor yang mencari peluang swing trading di area support kuat.
TPA dan FILM
Saham TPA sempat naik signifikan, namun gagal menembus garis MA50 di Rp7.350. Dengan support kuat di Rp6.800–6.500, saham ini masih bergerak dalam zona sideway.
Untuk saat ini, peluang spekulasi terbuka bagi mereka yang ingin masuk di area support dengan target swing ke Rp7.400.
Sementara itu, saham FILM mulai menunjukkan tren uptrend setelah sebelumnya berada dalam tekanan. Pada perdagangan terakhir, FILM berhasil menyentuh level Rp4.000, meskipun belum terkonfirmasi sebagai breakout solid.
Jika FILM mampu bertahan di atas Rp4.000, target kenaikan berikutnya adalah Rp4.200. Namun, investor disarankan untuk tetap disiplin dengan stop loss di area Rp3.750–3.800.
Meski beberapa saham sideway seperti SIDO dan TPA masih menunjukkan tren lemah, akumulasi investor besar menjadi sinyal bahwa potensi kebangkitan tetap ada.
Investor disarankan untuk fokus pada level support dan resistensi utama, sembari memantau aksi distribusi atau akumulasi asing.
Dengan pendekatan yang disiplin dan analisis teknikal yang matang, saham-saham ini masih dapat memberikan peluang profit, baik untuk spekulasi jangka pendek maupun investasi jangka panjang.
Pasar saham selalu penuh kejutan, dan tahun 2025 membawa tantangan sekaligus peluang bagi para investor.
Dengan strategi yang tepat, Anda bisa memanfaatkan momentum kebangkitan saham-saham yang kini masih tertidur. (*)