HERALD.ID – Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X angkat bicara terkait rencana penutupan sementara Plengkung Gading, bangunan cagar budaya yang terletak di kawasan sumbu filosofi Yogyakarta.

Plengkung Gading diketahui mengalami keretakan yang diakibatkan aktivitas dan tekanan lalu lintas. Halini berdasarkan temuan Dinas Kebudayaan DIY tahun 2018 .

Dari kajian tersebut, diwacanakan akan ada penataan Plengkung Gading. Penataan ini akan diikuti pula dengan penataan ulang para pedagang yang ada di kawasan tersebut.

Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, penataan Plengkung Gading yang diikuti oleh penataan pedagang ini dilakukan untuk menjamin keberlangsungan usaha mereka.

“Akan ditata. Kan baru percobaan saja. Memungkinkan atau tidak,” ungkap Sultan HB X, Kamis 23 Januari 2025.

Menurut Ngarsa Dalem, dilakukannya penataan ini yakni sebagai bagian dari sumbu filosofi, sehingga memang harus ditata ulang, dan dikembalikan marwah serta fungsinya. Penataan ini juga termasuk bagian dari implementasi rekomendasi UNESCO setelah Sumbu Filosofi ditetapkan sebagai Warisan Dunia Tak Benda.

Diketahui, area sumbu filosofi membentang dari Tugu Pal Putih hingga Panggung Krapyak di selatan, berbatas Kali Winongo.

“Ya semua kan ada rekomendasi-rekomendasi dari UNESCO yang harus diurus. Kawasannya dari Tugu sampai selatan sana. Kan ada rekomendasinya,” jelas Sultan.

Mengenai kapan penutupan, dan bagaimana mekanismenya, Sri Sultan mengaku belum tahu. Akan ada uji coba terlebih dahulu sebelum wacana tersebut dijalankan. “Belum. Dicoba saja belum,” ucap Sultan.

Terpisah, Kepala DPUPESDMu DIY, Anna Rina Herbranti membenarkan bahwa saat ini kondisi retaknya Plengkung Gading memang diakibatkan tekanan lalu lintas. Tekanan lalu lintas ini berakibat cukup fatal bagi Plengkung Gading. Kondisi ini memaksa untuk dilakukan penataan dan manajemen lalu lintas.

“Soal plengkung Gading itu ranahnya di Dishub DIY. Itu kan cagar budaya dan ada di sumbu filosofi. Lalu lintas kalau ini jumlahnya padat dan melihat kondisi plengkung nya kan beberapa ada yang retak. Ini sudah lama sekali jadi harus dijaga, terutama dari lalu lintas yang lewat,” papar Ana.

Menurut Ana, memang harus ada uji coba terkait pengaturan lalu lintas di kawasan ini. Nantinya akan dilakukan koordinasi dengan lurah dan kepolisian serta masyarakat. Setelah itu, baru akan uji coba dan kemudian ditutup.

“Meskipun ditutup, kan ada jalur alternatif sisi timurnya. Ini perlu dilakukan untuk mengamankan cagar budaya,” jelas Ana. (*)

Penulis: Olivia Rianjani