HERALD.ID, JAKARTA — JP Morgan baru saja menggemparkan pasar saham dengan menurunkan peringkat salah satu emiten unggulan, Adaro Energy Indonesia (ADRO), dari netral menjadi underweight.
Tidak hanya itu, target harga saham ADRO juga dipangkas tajam dari Rp3.900 menjadi Rp2.000 untuk Desember 2025.
Langkah ini mengejutkan banyak investor, mengingat ADRO dikenal rajin membagikan dividen dengan hasil yang cukup menarik.
Langkah JP Morgan ini terkait dengan selesainya spin-off bisnis batu bara termal melalui Adaro Andalan Indonesia (AAI).
Meski demikian, penurunan peringkat ini memunculkan pertanyaan besar: apakah saham ADRO masih layak dipegang atau justru perlu dihindari untuk sementara waktu?
ADRO
Secara teknikal, pergerakan saham ADRO belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang signifikan. Setelah sempat menyentuh level support di Rp2.070, saham ini sempat naik hingga Rp2.800.
Namun, tren penurunan kembali mendominasi, dengan harga saat ini mencoba bertahan di level support psikologis Rp2.300.
Penutupan terakhir menunjukkan tekanan jual yang masih besar, dengan penurunan lebih dari 1% di hari perdagangan terakhir.
Jika level Rp2.300 tidak mampu dipertahankan, potensi pelemahan lanjutan hingga Rp2.200 atau bahkan Rp2.100 menjadi skenario yang mungkin terjadi.
Sebaliknya, jika harga berhasil bertahan di atas Rp2.300 dan terbentuk candle hijau disertai akumulasi asing, peluang untuk rebound ke Rp2.450 hingga Rp2.500 dapat terbuka.
ADMR
Sementara itu, JP Morgan memiliki pandangan yang lebih positif terhadap Adaro Minerals Indonesia (ADMR). Dengan prospek permintaan batu bara metalurgi yang menjanjikan dan valuasi yang dinilai menarik, target harga ADMR ditetapkan di Rp1.380 untuk akhir 2025, meskipun sebelumnya dipatok di Rp1.750.
Secara teknikal, pergerakan ADMR masih berada dalam tren downtrend. Namun, level support psikologis di Rp1.000 menjadi titik penting yang perlu diamati.
Jika level ini mampu bertahan, peluang rebound menuju Rp1.100 hingga Rp1.150 cukup terbuka. Sebaliknya, jika level Rp1.000 tembus, investor harus waspada terhadap potensi penurunan lebih lanjut.