HERALD.ID, JAKARTA — Ketidakpastian terus menyelimuti rencana pertemuan antara Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.
Meski telah terjadi pertukaran simbolis berupa bunga dari Prabowo dan minyak urut dari Megawati, hingga kini pertemuan tersebut belum juga terwujud.
Di balik dinamika ini, pengaruh Presiden Joko Widodo (Jokowi) disebut-sebut sebagai salah satu faktor utama yang mempersulit langkah kedua tokoh besar ini untuk bertatap muka.
Pengamat Politik, Rocky Gerung, menilai, ketegangan ini bukan sekadar urusan personal antara Megawati dan Prabowo. Keduanya sebenarnya memiliki hubungan historis dan kesamaan visi nasionalisme.
“Namun, Jokowi, yang berupaya mempertahankan dominasinya di panggung politik, dinilai menjadi pihak yang mencoba menghalangi pertemuan tersebut,” ujarnya melalui akun YouTube Rocky Gerung Official.
Di sisi lain, Gibran Rakabuming Raka, yang diharapkan menjadi jembatan penghubung antara kedua pihak, justru dinilai gagal menjalankan perannya.
Salah satu alasan mengapa pertemuan ini belum terwujud adalah adanya jarak antara Megawati dan Gibran.
“Bahasa tubuh Megawati menunjukkan keraguan terhadap Gibran yang dianggap belum matang dalam kancah politik nasional,” jelasnya
“Situasi ini diperparah oleh persepsi bahwa Gibran merupakan bagian dari dinasti politik Jokowi, yang semakin menyulitkan langkahnya mendekati Megawati,” lanjutnya.
Dalam konteks ini, hubungan yang lebih erat antara Megawati dan Prabowo dianggap dapat mereduksi pengaruh Jokowi di ranah politik.
Kesepakatan antara PDIP dan Gerindra akan memberikan dampak strategis, termasuk dalam hal posisi di kabinet dan penentuan calon wakil presiden.
Selain itu, kedua partai memiliki kebutuhan yang saling melengkapi: Gerindra membutuhkan dukungan PDIP di parlemen, sementara PDIP memandang pentingnya memperkuat basis ideologis partai untuk menghadapi tantangan global.
Meski sinyal positif antara PDIP dan Gerindra terus muncul, tantangan eksternal tetap mengintai.
Salah satunya adalah isu hukum yang melibatkan beberapa politisi PDIP, termasuk Hasto Kristiyanto, yang dapat memengaruhi stabilitas internal partai.
“Tekanan dari lembaga seperti KPK juga menambah dinamika yang harus dihadapi PDIP dalam membangun hubungan dengan Gerindra,” katanya.
Namun, Rocky Gerung menilai bahwa kesepakatan antara PDIP dan Gerindra sangat penting untuk menciptakan stabilitas politik, terutama dalam menghadapi tantangan ekonomi yang masih menjadi perhatian utama masyarakat.
“Publik berharap agar kepemimpinan Prabowo tidak terpengaruh oleh intervensi dari Jokowi maupun Gibran, yang diproyeksikan sebagai sosok penting di masa depan,” pungkasnya. (*)