HERALD.ID, KALSEL – Malam yang seharusnya menjadi awal baru bagi BI, seorang kepala sekolah berusia 50 tahun, berubah menjadi tragedi kelam. Di Desa Banua Kupang, Kecamatan Labuan Amas Utara, Kalimantan Selatan, niat baik untuk melamar RM, janda muda beranak satu, berujung pada kematian tragis di tangan MA, mantan kekasih sang janda.
Senin malam, 27 Januari 2025, angin dingin Desa Banua Kupang seolah membawa firasat buruk. Di sebuah warung sederhana milik RM, BI tiba dengan harapan mengubah hubungan mereka menjadi lebih serius. Niat lamaran itu sederhana, tapi penuh makna bagi pria yang telah melewati setengah abad hidupnya.
Namun, kebahagiaan itu direnggut oleh dendam yang belum padam. MA, seorang pria 25 tahun yang merupakan mantan kekasih RM, datang dengan amarah yang meledak-ledak. Berbekal parang di tangannya, ia berteriak memanggil BI untuk keluar dari rumah.
Pihak keluarga RM, yang sudah menyadari emosi MA, berusaha menahan BI agar tetap di dalam. Namun, entah karena keberanian atau keteguhan hati, BI melangkah keluar untuk menghadapi MA.
Yang terjadi kemudian adalah adegan mengerikan yang tak pernah terbayangkan oleh siapapun di desa itu. Parang di tangan MA berayun dengan penuh kebencian, menebas leher, tangan, wajah, dan telinga BI hingga membuatnya tewas seketika. Peristiwa itu membuat pekarangan rumah RM berubah menjadi saksi bisu tragedi cinta segitiga yang berakhir tragis.
Iptu Akhmad Priadi, Kasi Humas Polres Hulu Sungai Tengah, menjelaskan bahwa pelaku MA diduga tak bisa menerima kenyataan bahwa RM, yang sebelumnya menjalin hubungan asmara dengannya, memilih untuk bersama korban. Cemburu dan dendam menguasai akal sehatnya, memicu pembunuhan sadis ini.
Hingga kini, MA masih dalam pengejaran polisi. Perburuan intensif dilakukan Polres Hulu Sungai Tengah bersama Polsek Labuan Amas Utara, dengan harapan pelaku segera tertangkap dan diadili.
Tragedi ini menjadi pengingat bahwa cinta yang tak terbalas bisa menjadi bara dendam yang membakar segalanya. Bagi Desa Banua Kupang, luka ini mungkin akan lama sembuh, menyisakan bayangan kelam pada malam tragis yang merenggut nyawa seorang kepala sekolah yang hanya ingin mencari kebahagiaan. (*)