HERALD.ID, JAKARTA – Setelah melewati tahun 2024 yang penuh tantangan, pasar Initial Public Offering (IPO) global bersiap menyambut kebangkitan di tahun 2025. Meski aktivitas IPO global mengalami tekanan besar—dengan kawasan Asia-Pasifik mencatat penurunan transaksi hingga 35%—optimisme mulai menguat seiring proyeksi kebijakan moneter yang lebih longgar dan stabilitas ekonomi yang menjanjikan.

Di kawasan Asia-Pasifik, tekanan tinggi akibat inflasi dan suku bunga yang ketat menurunkan transaksi IPO hingga 35% dan penghasilan sebesar 51% pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, kawasan ini tetap menjadi sorotan, terutama di ASEAN, di mana Malaysia dan Indonesia tampil sebagai pemain kunci.

Malaysia mencatatkan 49 IPO dengan total dana USD 1,7 miliar, tertinggi dalam hampir dua dekade. Sementara itu, Indonesia menyusul dengan 41 IPO yang berhasil menghimpun USD 921 juta. Indonesia semakin menarik bagi perusahaan private equity (PE) dan venture capital (VC), menjadikannya salah satu tujuan utama pencatatan saham di kawasan ASEAN.

Sementara itu, kawasan EMEIA (Eropa, Timur Tengah, India, dan Afrika) mencatat kinerja terbaik secara global pada 2024. Dengan 522 transaksi IPO yang menghasilkan USD 53,2 miliar, EMEIA memimpin dalam volume dan hasil IPO, termasuk enam dari 10 IPO terbesar dunia.

Pasar Amerika juga menunjukkan pemulihan signifikan. Tercatat 205 IPO dengan total dana USD 33,1 miliar, menunjukkan minat investor yang kembali bergairah setelah periode stagnasi panjang.

Tahun 2025 diproyeksikan menjadi tahun kebangkitan bagi pasar IPO global. Kebijakan moneter dan fiskal yang lebih longgar, ditambah dengan stabilitas ekonomi pasca-pemilu di berbagai negara, diharapkan menciptakan kondisi yang kondusif untuk aktivitas IPO yang lebih tinggi.

Beberapa faktor yang mendukung momentum ini antara lain:

  1. Transformasi Digital dan AI: Sektor teknologi terus mendominasi dengan valuasi tinggi, didorong oleh inovasi di bidang kecerdasan buatan.
  2. Fokus pada ESG (Lingkungan, Sosial, Tata Kelola): Kriteria ini semakin menjadi perhatian utama bagi investor global.
  3. Peningkatan Likuiditas Pasar: Proyeksi kebijakan suku bunga yang lebih longgar akan meningkatkan minat investor.

George Chan, EY Global IPO Leader, menegaskan, pasar IPO kini sedang mengalami transformasi besar.

“IPO tetap menjadi cara strategis bagi perusahaan untuk memperoleh modal, mendorong inovasi, dan memperluas skala bisnis mereka. Tahun 2025 akan menjadi momen kebangkitan pasar IPO global dengan kondisi yang jauh lebih menguntungkan,” jelasnya.

Di Asia-Pasifik, aktivitas IPO di 2025 diprediksi meningkat, didukung oleh reformasi pasar modal, khususnya di Singapura. Minat terhadap pencatatan lintas batas juga diperkirakan tumbuh, membuka peluang besar bagi perusahaan di kawasan ini untuk menarik investor global.

Indonesia dan Malaysia tetap berada di garis depan, menjadi pusat daya tarik utama bagi perusahaan rintisan maupun emiten yang mencari likuiditas tinggi dan potensi pertumbuhan jangka panjang.

Dengan proyeksi stabilitas ekonomi, kebijakan moneter yang lebih ramah, dan inovasi di sektor teknologi, pasar IPO global diperkirakan akan bangkit kembali di tahun 2025. Optimisme ini tidak hanya menjadi angin segar bagi kawasan Asia-Pasifik, tetapi juga bagi pasar global yang siap menghadapi era baru pertumbuhan dan transformasi. (*)