HERALD.ID, GAZA–Kelompok Palestina Hamas menuduh Israel menunda pelaksanaan perjanjian bantuan dan rekonstruksi di Gaza.
Tuduhan itu dilontarkan juru bicara Hazem Qassem dalam sebuah pernyataan, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
“Meskipun sektor perawatan kesehatan mengalami kerusakan besar, pendudukan belum mengizinkan upaya pemulihan atau masuknya pasokan medis penting,” kata Qassem di Anadolu.
“Pengiriman bahan bakar masih jauh di bawah yang ditetapkan dalam perjanjian, dan jumlah yang mencapai Gaza utara dapat diabaikan,” lanjutnya.
Juru bicara tersebut mengatakan alat berat yang disebutkan dalam perjanjian belum diizinkan masuk, sehingga menghalangi pengambilan jenazah para martir dan menghambat pemulihan jenazah (sandera) yang akan dipertukarkan, terutama di akhir fase ini.
Hamas meminta mediator, Qatar dan Mesir, serta penjamin perjanjian gencatan senjata, untuk memaksa pendudukan agar segera mengizinkan masuknya bahan bantuan yang diuraikan dalam perjanjian, khususnya tenda, bahan bakar, pasokan makanan, dan alat berat, sekaligus memastikan diakhirinya semua pelanggaran dan pelanggaran lainnya.”
Sebelumnya pada hari itu, Salama Marouf, kepala kantor media Gaza, mengatakan Gaza adalah zona bencana kemanusiaan yang tidak memiliki semua kebutuhan dasar untuk bertahan hidup dan martabat manusia.
Kantor media pada hari Rabu telah mendesak tekanan pada Israel untuk mengizinkan masuknya tenda dan karavan untuk menampung lebih dari seperempat juta keluarga pengungsi yang rumahnya hancur dalam genosida tersebut.
Gencatan senjata selama enam minggu yang sedang berlangsung adalah bagian pertama dari kesepakatan tiga tahap yang dapat mengakhiri perang Israel di Gaza secara permanen. Kampanye militer tersebut telah menewaskan lebih dari 47.000 warga Palestina dan meninggalkan wilayah tersebut dalam reruntuhan. (ilo)