HERALD.ID, JAKARTA — Pasar saham kembali mengalami tekanan dengan IHSG turun lebih dari 1% ke level 7.030.
Sejumlah saham unggulan yang sebelumnya sempat menguat kini menunjukkan pelemahan, bahkan ada yang berisiko memasuki tren penurunan lebih dalam.
Dalam kondisi ini, investor mulai bertanya-tanya: mana yang masih layak dipegang dan mana yang sebaiknya dilepas?
Saham Mandiri
Saham Mandiri (BMRI) kembali tertekan, turun lebih dari 3% ke level 5.800, bahkan sempat menyentuh 5.700.
Secara teknikal, saham ini sebelumnya sempat bangkit dari 5.400 dan naik ke 6.200, tetapi gagal mempertahankan momentum.
Saat ini, ada indikasi saham ini akan kembali membentuk lower low, dengan potensi turun ke 5.600 atau bahkan 5.500.
Investor juga perlu waspada karena aksi jual asing masih terus berlanjut dengan volume cukup besar.
Berbeda dengan BBRI yang masih menarik minat asing, saham BMRI justru mengalami distribusi besar-besaran.
Jika tekanan jual terus berlanjut, bukan tidak mungkin saham ini masih akan sideways dengan kecenderungan downtrend.
Bagi yang ingin masuk, level 5.500–5.600 bisa menjadi area spekulatif buy, tetapi tetap harus memperhatikan apakah ada akumulasi asing sebelum memutuskan entry.
Jika tekanan jual asing terus berlanjut, saham ini berisiko semakin sulit untuk bangkit.
Saham DSNG
DSNG sebelumnya sempat bertahan di atas MA150 dan mencoba menembus level 1.080–1.100, tetapi gagal dan kembali melemah.
Saat ini, saham ini berpotensi membentuk lower low, dengan support terdekat di 930.
Jika dalam satu minggu ke depan harga menembus level ini, maka tren turun akan semakin kuat dan support selanjutnya ada di 880.
Data menunjukkan bahwa asing yang sebelumnya masuk mulai melakukan distribusi.
Jika tekanan jual terus terjadi, ada kemungkinan harga menembus 880 dan semakin sulit untuk kembali naik.
Bagi yang ingin entry, sebaiknya menunggu saham ini bertahan di 880 dan mulai rebound sebelum melakukan spekulatif buy.
Saham Pertamina
Saham Pertamina juga mengalami tekanan besar dengan penurunan lebih dari 3% ke 915. Sebelumnya, saham ini mencoba bangkit hingga 1.100, tetapi gagal menembus level tersebut dan kembali melemah. Saat ini, saham Pertamina semakin dekat dengan support kuat di 900.
Jika harga bertahan di 900 dan ada tanda-tanda rebound, maka bisa menjadi peluang spekulatif buy dengan target swing di 950–980.
Namun, jika saham ini tembus 880, ada risiko tren turun semakin kuat dengan target penurunan ke 830 atau bahkan 800.
Investor yang masih memegang saham ini sebaiknya memperhatikan pergerakan di sekitar area 880–900 sebelum memutuskan langkah selanjutnya.
Saham Brand
Saham Brand mengalami koreksi tajam hingga hampir 7% ke level 8.400. Secara teknikal, saham ini sempat mencoba naik ke 9.000 tetapi gagal bertahan.
Jika dalam minggu ini saham ini tidak bisa bertahan di level 8.000, maka potensi pembalikan arah dari uptrend ke downtrend semakin besar.
Namun, yang menarik dari saham Brand adalah masih adanya akumulasi asing meskipun harga turun signifikan.
Jika 8.000 bisa bertahan sebagai support, maka saham ini masih bisa di-hold atau bahkan dijadikan peluang entry dengan target swing di 8.800–9.000.
Jika turun di bawah 8.000, investor perlu lebih waspada karena tren jangka menengahnya bisa berbalik menjadi downtrend.
Dalam kondisi pasar yang sedang melemah, penting bagi investor untuk memperhatikan level support dan akumulasi asing sebelum mengambil keputusan.
Saham Mandiri, DSNG, Pertamina, dan Brand semuanya menunjukkan tanda-tanda pelemahan, tetapi beberapa masih bisa dijadikan peluang jika mampu bertahan di level supportnya.
Untuk saat ini, investor yang ingin entry sebaiknya menunggu konfirmasi rebound di level support sebelum mengambil posisi.
Jika tekanan jual terus berlanjut dan level kunci tembus, lebih baik bersikap defensif dan menunggu kesempatan yang lebih baik di kemudian hari. (*)