HERALD.ID, JAKARTA – Selasa, 4 Februari 2025, menjadi hari yang penuh duka bagi warga Pamulang Barat, Tangerang Selatan. Seorang Ibu Rumah Tangga (IRT) meninggal mendadak setelah kelelahan mengantre berjam-jam demi mendapatkan tabung gas elpiji 3 kilogram. Tragisnya, upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar itu justru berujung pada kehilangan nyawa.

Bahlil Lahadalia, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), langsung meminta maaf atas peristiwa memilukan ini. Dalam kunjungannya ke salah satu pangkalan elpiji di Kemanggisan, Jakarta Barat, Bahlil menjelaskan, insiden ini terjadi meski tujuan utama dari penertiban distribusi gas melon tersebut adalah untuk memastikan subsidi sampai ke tangan yang tepat.

“Kami memohon maaf atas kejadian ini. Penataan distribusi yang kami lakukan semata-mata untuk mempermudah rakyat mendapatkan elpiji dengan baik dan mudah,” ujar Bahlil, dengan penuh penyesalan.

Peristiwa tragis ini terjadi ketika ibu tersebut, yang sebelumnya berjuang sejak pagi hari untuk mendapatkan gas subsidi, akhirnya jatuh pingsan dan meninggal dunia di rumah setelah kelelahan luar biasa. Unggahan akun Instagram @viralciledug menggambarkan betapa panjangnya antrean yang harus dilalui korban, yang dilaporkan sempat putus asa sebelum akhirnya tewas.

Sementara itu, kebijakan penataan distribusi gas elpiji 3 kilogram yang diambil oleh pemerintah bertujuan untuk mencegah penyalahgunaan dan memastikan subsidi tepat sasaran. Namun, kejadian ini mengundang sorotan dan kekhawatiran banyak pihak, mengingat perjuangan panjang yang harus ditempuh warga untuk mendapatkan bahan bakar rumah tangga tersebut.

Sebagai tambahan, kebijakan penertiban yang diterapkan juga mencakup pengawasan yang lebih ketat terhadap agen dan pengecer elpiji. Hal ini bertujuan memastikan, gas subsidi tidak jatuh ke tangan yang salah, namun tidak sedikit masyarakat yang merasa kebijakan ini justru memperburuk keadaan.

Peristiwa ini menjadi cermin bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat dalam setiap kebijakan yang diambil. Sebuah tragedi yang mengingatkan kita bahwa di balik angka dan regulasi, ada kehidupan yang tak ternilai harganya. (*)