HERALD.ID – Sleep paralysis atau ketindihan saat tidur adalah kondisi di mana seseorang merasa terjaga dan sadar sepenuhnya, tetapi tidak bisa bergerak atau berbicara. Ini biasanya terjadi saat seseorang berada di antara fase tidur REM (Rapid Eye Movement) dan terjaga.

Pada fase tidur REM, tubuh kita secara alami mengalami paralisis otot untuk mencegah kita bergerak mengikuti mimpi kita, tetapi pada sleep paralysis, tubuh tetap terbelenggu dalam kondisi paralisis ini meskipun pikiran sudah terjaga.

Meskipun durasinya singkat, sleep paralysis dapat menimbulkan rasa ketakutan dan kebingungan yang signifikan pada orang yang mengalaminya. Ketahui informasi lebih dalam tentang kondisi ini!

Penyebab Sleep Paralysis

Ada sejumlah faktor yang disinyalir memicu seseorang merasakan ketindihan. Kekurangan tidur, seringnya begadang dan perubahan jadwal tidur bisa memicu terjadinya sleep paralysis.

Selain itu, gangguan mental seperti tekanan dan stres juga termasuk faktor pemicunya.

Sebagian besar penelitian mengungkapkan kalau sleep paralysis sering terjadi pada individu yang mengalami gangguan mental, termasuk schizophrenia.

Posisi tidur juga dapat berperan, khususnya tidur dengan posisi terlentang.

Selain itu, masalah tidur seperti narkolepsi dapat mengganggu fase tidur REM, sehingga meningkatkan risiko mengalami sleep paralysis.

Lantas, benarkah Sleep Paralysis alias Ketindihan Sebabkan Mimpi Buruk, Mitos atau Fakta? ketahui penjelasannya pada artikel ini.

Jenis-Jenis Ketindihan

Ketindihan dapat dikategorikan ke dalam dua jenis utama, yaitu:

  1. Ketindihan Isolated Sleep Paralysis (ISP):

Terjadi secara sporadis tanpa gangguan tidur lain. Kondisi ini bisa disebabkan oleh kelelahan, stres, atau pola tidur yang tidak teratur.

  1. Ketindihan Recurrent Isolated Sleep Paralysis (RISP):

Jenis ketindihan ini umumnya terjadi secara berulang dan bisa menjadi bagian dari gangguan tidur lain, seperti narkolepsi.

Biasanya lebih mengganggu dan bisa berdampak pada kualitas tidur secara keseluruhan.

Gejala Ketindihan atau Sleep Paralysis

Melansir Halodoc, Selasa, 4 Januari 2025, Berikut berbagai gejala ketindihan yang umumnya terjadi:

  • Tidak mampu bergerak atau berbicara.
  • Sensasi tertekan di dada atau kesulitan bernapas selama episode sleep paralysis.
  • Mengalami pengalaman visual atau auditori yang tidak biasa, seperti melihat bayangan atau mendengar suara yang sebenarnya tidak ada.
  • Meskipun terasa menakutkan, episode sleep paralysis umumnya bersifat sementara dan berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa menit.
  • Sensasi kesemutan atau getaran di tubuh.
  • Perasaan takut atau kecemasan yang intens.
  • Terjadi saat seseorang sedang memasuki atau keluar dari fase tidur Rapid Eye Movement (REM). Fase ini merupakan saat di mana mimpi intens terjadi dan otot-otot mengalami relaksasi total.
  • Beberapa orang dapat mengalami sleep paralysis secara berulang, dengan episode yang sama.
  • Kejadian ini dapat memengaruhi kualitas tidur dan kesejahteraan psikologis.

Faktor Risiko Ketindihan

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko mengalami sleep paralysis meliputi:

  • Sleep paralysis umumnya terjadi pada remaja dan orang dewasa muda.
  • Memiliki riwayat keluarga yang sering mengalami sleep paralysis.
  • Mengidap gangguan tidur, seperti insomnia atau sleep apnea.
  • Mengidap kecemasan dan depresi

Cara Mengatasi Ketindihan atau Sleep Paralysis

Sleep paralysis biasanya bersifat sementara dan dapat diatasi dengan beberapa cara, seperti:

  • Jangan panik, karena ketindihan biasanya hanya berlangsung beberapa detik hingga menit.
  • Bernapas secara perlahan dan dalam dapat membantu mengatasi ketakutan dan mempercepat pemulihan dari ketindihan.
  • Gerakan jari atau kaki secara perlahan selama episode. Ini dapat membantu mengakhiri sleep paralysis lebih cepat.
  • Jika memungkinkan, lakukan sedikit gerakan di dalam mulut bisa membantu memulihkan kontrol tubuh.
  • Ingat bahwa ini hanya sementara. Ketindihan bukan sesuatu yang berbahaya dan akan hilang dengan sendirinya.
  • Jaga jadwal tidur agar tetap teratur dan ciptakan lingkungan tidur yang nyaman.
  • Selain menerapkan tips di atas, Ini 6 Cara Ampuh agar Bisa Cepat Tidur yang perlu kamu tahu.

Cara Mencegah Sleep Paralysis

Meskipun tidak selalu dapat dicegah, ada beberapa langkah yang dapat kamu lakukan untuk mengurangi risiko sleep paralysis:

  • Tidur miring lebih disarankan karena posisi terlentang sering dikaitkan dengan ketindihan.
  • Tidur kurang dari 6-7 jam per malam dapat meningkatkan risiko sleep paralysis.
  • Kurangi konsumsi kafein atau alkohol sebelum tidur, karena dapat mengganggu siklus tidur.
  • Hindari menggunakan gadget sebelum tidur. Cahaya biru dari layar gadget bisa menghambat produksi melatonin, hormon yang mengatur tidur.
  • Jika mengalami insomnia atau gangguan tidur lain, konsultasikan dengan dokter untuk pengobatan lebih lanjut. (*)