HERALD.ID, JAKARTA — Pasar saham Indonesia kembali diuji ketahanannya. Setelah mencatat reli dalam beberapa pekan terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpaksa melemah pada perdagangan Rabu (5/2/2025) menyusul rilis data ekonomi terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2024 tercatat hanya 5,03% year-on-year (YoY), lebih rendah dari tahun sebelumnya.
Hal ini memicu aksi jual investor yang khawatir terhadap prospek investasi di tengah perlambatan ekonomi global dan kebijakan moneter yang masih ketat.
Hingga sesi II, IHSG turun 40,44 poin (-0,57%) ke level 7.033,02 dibandingkan penutupan sebelumnya di 7.073,46. Meskipun tekanan jual cukup kuat, indeks masih bertahan di atas level psikologis 7.000.
IHSG Melemah
Sejak awal sesi perdagangan, IHSG sudah menunjukkan tren negatif. Berikut rangkuman pergerakan indeks hari ini:
- Pembukaan: 7.073,20
- Tertinggi: 7.079,46
- Terendah: 7.017,84
- Tertinggi 52 Minggu: 7.910,56
- Terendah 52 Minggu: 6.698,85
Dengan nilai transaksi mencapai Rp 6 triliun dan volume perdagangan 17 miliar saham, IHSG masih mempertahankan posisinya di atas level psikologis 7.000, meski tekanan jual mendominasi pasar.
Sektor dan Saham yang Menekan IHSG
Tiga sektor yang menjadi pemberat utama pergerakan indeks hari ini adalah:
- Transportasi: -1,52%
- Infrastruktur: -1,51%
- Keuangan: -1,13%
Beberapa saham berkapitalisasi besar yang paling berkontribusi terhadap pelemahan IHSG:
- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) → -14,4 indeks poin
- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) → -13,3 indeks poin
- PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) → -11,4 indeks poin
- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) → -5 indeks poin
- PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) → -3,8 indeks poin
Meski mayoritas saham mengalami tekanan, beberapa emiten masih mampu mencatatkan kenaikan di tengah kondisi pasar yang bergejolak.
Penyebab Pelemahan IHSG
Pelemahan IHSG terjadi setelah BPS mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2024 hanya mencapai 5,03% YoY, lebih rendah dibandingkan tahun 2023 (5,05%) dan 2022 (5,31%).
Faktor utama yang menopang pertumbuhan ekonomi 2024:
- Konsumsi rumah tangga: 4,94% (kontribusi 54,04%)
- Investasi: 4,61% (kontribusi 29,15%)
- Belanja pemerintah: 6,61% (kontribusi 7,73%)
- Ekspor: 6,51% (kontribusi 22,18%)
Sektor-sektor yang mencatat pertumbuhan terbesar:
- Industri pengolahan: +0,90%
- Perdagangan: +0,67%
- Konstruksi: +0,64%
- Informasi dan komunikasi: +0,50%
Meskipun masih tumbuh positif, angka yang lebih rendah dari ekspektasi membuat pelaku pasar lebih berhati-hati dalam menentukan strategi investasinya.
Outlook IHSG: Bertahan atau Tersungkur?
Investor kini menantikan respons pasar terhadap data ekonomi terbaru. Beberapa faktor yang akan menjadi perhatian dalam waktu dekat:
- Kebijakan ekonomi Presiden Prabowo di kuartal pertama 2025
- Sikap investor terhadap pertumbuhan ekonomi yang melambat
- Arah kebijakan Bank Indonesia terhadap suku bunga
- Kinerja emiten keuangan dan infrastruktur sebagai motor penggerak IHSG
Dengan IHSG yang masih bertahan di atas level 7.000, peluang rebound tetap ada jika sentimen global dan domestik membaik. Namun, volatilitas tetap harus diwaspadai.
IHSG masih dalam fase konsolidasi setelah rilis data ekonomi yang kurang menggembirakan.
Investor disarankan tetap selektif dalam memilih saham, terutama di sektor defensif seperti konsumsi dan kesehatan, guna mengantisipasi ketidakpastian pasar. (*)