HERALD.ID, PAPUA – Di tanah Papua, di mana rimbunan hutan dan pegunungan menjulang menjadi saksi bisu perjalanan sejarah, program Makan Bergizi Gratis (MBG) menghadapi tantangan pelik. Infrastruktur yang belum memadai menjadi penghalang bagi Badan Gizi Nasional (BGN) dalam menjalankan misinya memberikan gizi seimbang bagi anak-anak Papua. Namun, harapan tak boleh padam. Di tengah situasi yang tak menentu, TNI hadir mengambil alih pelaksanaan MBG demi memastikan anak-anak Papua tetap mendapatkan asupan gizi yang layak.
Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) III, Letjen TNI Bambang Trisnohadi, bersama Pangkoops Habema, Mayjen TNI Lucky Avianto, mengunjungi SD Bilogae di Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah. Dalam kunjungan tersebut, mereka berbincang hangat dengan para murid, menyaksikan sendiri bagaimana dapur MBG berjalan di tengah keterbatasan.
Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menegaskan bahwa TNI akan menangani langsung distribusi makanan bergizi bagi anak-anak Papua. “Yang penting kita berpikir positif bahwa makan bergizi itu untuk memenuhi kebutuhan gizi rakyat kita. Ini tugas kemanusiaan yang harus tetap berjalan,” ujarnya di Jakarta.
Sementara itu, Kepala BGN, Dadan Hindayana mengakui, program ini masih menemui banyak kendala di Papua, terutama dalam aspek infrastruktur. “Anggaran sudah tersedia, SDM pun ada. Namun, tanpa infrastruktur yang memadai, distribusi MBG menjadi tantangan besar,” ungkapnya.
Keputusan pemerintah untuk mengalihkan pelaksanaan MBG ke tangan TNI menjadi langkah strategis yang tak terhindarkan. Di wilayah yang masih minim akses, di mana perjalanan bisa memakan waktu berhari-hari melalui jalur darat dan udara yang terbatas, kehadiran TNI di setiap titik menjadi jaminan bahwa makanan bergizi tetap tersaji untuk anak-anak Papua.
Meskipun langkah ini menuai pro dan kontra, satu hal yang tak bisa disangkal: program MBG harus terus berjalan. Dalam realitas kompleks Papua, di mana keterbatasan sering kali menjadi rintangan utama pembangunan, kepedulian dan aksi nyata adalah kunci. TNI, dengan segala daya dan upaya, kini memegang tongkat estafet untuk memastikan bahwa tak ada anak Papua yang harus belajar dengan perut kosong. (*)