HERALD.ID, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto memberikan peringatan keras kepada anggota kabinetnya dalam sebuah pidato yang disampaikan pada acara peringatan hari lahir Nahdlatul Ulama ke-102.
Dalam pernyataannya, Prabowo menegaskan bahwa ia tidak akan ragu untuk menyingkirkan menteri yang tidak bekerja untuk rakyat dan tetap melakukan praktik korupsi meskipun telah diperingatkan.
Pengamat Politik, Rocky Gerung, menilai, pidato Prabowo kali ini memiliki nada yang tegas dan mengandung ancaman nyata bagi para pembantunya yang tidak menunjukkan kinerja optimal.
“Presiden ingin memastikan bahwa kabinetnya adalah peralatan untuk mewujudkan aspirasi rakyat. Jika ada yang tidak bekerja sesuai harapan, maka akan disingkirkan,” ujar Rocky.
Sejak dilantik, Prabowo menghadapi berbagai tuntutan publik untuk merombak susunan kabinetnya. Setelah lebih dari 100 hari menjabat, berbagai masalah masih belum terselesaikan, dan koordinasi antar kementerian dinilai kurang efektif.
Rocky menilai bahwa Prabowo saat ini berada dalam dilema seorang pemimpin, di mana ia harus mengoptimalkan kabinetnya, namun di sisi lain harus menghadapi realitas politik dan kompromi yang terjadi di dalam pemerintahan.
Lebih lanjut, Rocky juga menyinggung pernyataan Prabowo yang mengakui adanya sebutan “bajingan tolol” yang diarahkan padanya.
Rocky membantah bahwa istilah tersebut berasal darinya, dan menegaskan bahwa kritiknya selama ini justru ditujukan kepada pemerintahan sebelumnya.
“Saya menyebut ‘bajingan tolol’ dulu kepada Jokowi, bukan Prabowo. Pertanyaannya, apakah Prabowo akan meneruskan proyek-proyek kontroversial Jokowi? Itu yang ingin publik lihat,” ungkapnya.
Selain itu, Rocky menekankan bahwa Prabowo harus segera mengambil langkah konkret untuk membersihkan kabinetnya.
Evaluasi terhadap para menteri yang berasal dari pemerintahan sebelumnya juga dinilai penting, terutama bagi mereka yang tidak mampu beradaptasi dengan arah baru yang diinginkan oleh Prabowo.
“Ada menteri-menteri yang masih membawa pola lama dan tidak bisa memahami perubahan kebijakan yang lebih berpihak pada rakyat,” tambah Rocky.
Dalam beberapa hari ke depan, Rocky memperkirakan bahwa akan ada langkah konkret dari Prabowo terkait reshuffle kabinet. Ia menyebut kemungkinan besar beberapa menteri akan dicopot atau bahkan menghadapi masalah hukum akibat dugaan korupsi.
“Tuntutan publik sudah sangat jelas: ada pembersihan besar-besaran. Dan Prabowo tampaknya mulai mengambil jarak dari pemerintahan sebelumnya untuk menegaskan posisinya,” ujar Rocky.
Lebih jauh, Rocky menyoroti meningkatnya aspirasi publik yang tercermin dalam berbagai kritik di media sosial. Netizen semakin vokal dalam menuntut kabinet yang lebih ramping dan efektif.
Bahkan, menurut Rocky, ada gelombang desakan agar menteri-menteri dari pemerintahan sebelumnya yang dianggap gagal segera diberhentikan. (San)