Setidaknya ada enam faktor utama yang membuat IHSG terus tertekan. Pertama, ketegangan dagang global yang masih memengaruhi sentimen pasar.
Kedua, kebijakan The Federal Reserve (The Fed) yang belum menunjukkan sinyal pemangkasan suku bunga, membuat investor lebih berhati-hati.
Ketiga, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stagnan di angka 5,02% serta pemangkasan anggaran yang berisiko menghambat belanja pemerintah sebagai motor penggerak ekonomi.
Selain itu, ketidakpastian politik akibat spekulasi perombakan kabinet turut menambah tekanan di pasar.
Ditambah lagi, revisi indeks MSCI yang tidak memasukkan beberapa emiten besar seperti PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Petrosea Tbk (PTRO), dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) semakin memperburuk sentimen.
Faktor terakhir adalah aksi jual besar-besaran investor asing terhadap saham perbankan utama, yang membuat IHSG semakin terpuruk.
“Investor asing mulai keluar dari saham-saham bank besar karena kinerja yang tidak sesuai ekspektasi. Ini tentu menjadi sinyal kurang baik bagi pasar,” tambah Nico.
Meskipun demikian, para analis masih berharap adanya katalis positif yang dapat menopang pasar dalam beberapa pekan ke depan, terutama dari kebijakan ekonomi pemerintah dan potensi perbaikan sentimen global. (*)