HERALD.ID, JAKARTA – Dua emiten bank pelat merah, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI), kompak mengumumkan rencana pembelian kembali saham (buyback) pada awal tahun ini. 

Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan stabilitas harga saham kedua bank tersebut di pasar modal.

BBRI menyiapkan dana sebesar Rp3 triliun untuk buyback saham, sementara BBNI mengalokasikan Rp905 miliar.

Menurut Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, aksi buyback saham dapat berdampak positif terhadap pergerakan harga saham emiten setelah eksekusi dilakukan. 

Saat ini, harga saham BBRI dan BBNI masih mengalami tekanan. Pada perdagangan Kamis 6 Februari 2025, saham BBRI turun 4,11% ke level Rp3.970 per lembar, sementara saham BBNI anjlok 4,67% ke level Rp4.290 per lembar. 

Secara year-to-date (ytd), harga saham BBRI dan BBNI masing-masing telah terkoreksi 5,7% dan 6,54%.

Nafan menilai bahwa meskipun harga saham kedua bank tersebut saat ini masih tertekan, prospek jangka panjang tetap menjanjikan. Selain buyback saham, faktor lain yang dapat mendorong pergerakan harga saham BBRI dan BBNI adalah kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). 

Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar pada 14—15 Januari 2025, BI memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,75%. 

Pemangkasan suku bunga ini berpotensi menurunkan cost of fund (biaya dana) dan suku bunga kredit, yang pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, Equity Research Analyst Panin Sekuritas, Felix Darmawan, menambahkan bahwa saham perbankan jumbo, termasuk BBRI dan BBNI, masih memiliki prospek positif seiring potensi pembagian dividen jumbo untuk tahun buku 2024. 

Felix menyoroti bahwa beberapa faktor, seperti kebijakan suku bunga, kinerja perbankan, dan distribusi dividen, akan menjadi pendorong utama bagi pergerakan saham kedua emiten ini.

Berdasarkan data Bloomberg, sebanyak 32 sekuritas memberikan rekomendasi beli untuk saham BBRI, sementara tiga sekuritas menyarankan hold dan satu sekuritas merekomendasikan sell. 

Target harga saham BBRI dalam 12 bulan ke depan diproyeksikan mencapai Rp5.392,83 per lembar. Untuk BBNI, sebanyak 30 sekuritas menyematkan rekomendasi beli, lima sekuritas merekomendasikan hold, dan target harga sahamnya dalam 12 bulan ke depan diperkirakan berada di level Rp5.898,77 per lembar.

Corporate Secretary BBNI, Okki Rushartomo, menjelaskan bahwa buyback saham dilakukan untuk mengurangi tekanan jual di pasar yang disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk ketidakstabilan geopolitik dan kondisi makroekonomi Indonesia. 

Ia menegaskan bahwa buyback saham BBNI tidak akan berdampak negatif terhadap kegiatan operasional perseroan karena dilakukan dengan menggunakan arus kas bebas. 

Hal serupa juga disampaikan oleh Manajemen BBRI yang memastikan bahwa buyback akan dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi likuiditas dan permodalan perusahaan.

Direktur Utama BBRI, Sunarso, menyatakan bahwa usulan buyback saham akan dibahas dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) mendatang.

Ia menekankan bahwa langkah ini diambil untuk menjaga nilai saham BBRI tetap mencerminkan fundamental perusahaan yang kuat. (Ren)