HERALD.ID – Mata uang rupiah ditutup melemah dalam rentang Rp16.360-Rp16.430 pada perdaganga Rabu 12 Februari 2025.
Pada perdagangan Kamis 13 Februari 2025 rupiah diprediksi bergerak flutuatif. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah sebelumnya sempat menguat tipis pada perdagangan Rabu (12/2/2025), naik 0,05% atau 7,5 poin ke posisi Rp16.376 per dolar AS.
Di saat yang sama, indeks dolar AS tercatat melemah 0,02% ke posisi 107,810.
Di kawasan Asia, pergerakan mata uang terpantau variatif terhadap dolar AS. Sejumlah mata uang mengalami pelemahan, termasuk won Korea yang turun 0,05%, rupee India melemah 0,06%, baht Thailand turun 0,18%, dan dolar Taiwan melemah 0,05%.
Peso Filipina juga turun 0,02%, yen Jepang melemah cukup tajam sebesar 0,79%, dan yuan China turun tipis 0,02%. Sebaliknya, ringgit Malaysia mencatat penguatan signifikan sebesar 0,83%, dolar Hong Kong naik 0,03%, sementara dolar Singapura stagnan.
Pengamat Forex, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa pergerakan rupiah saat ini masih dipengaruhi oleh faktor eksternal, terutama kebijakan perdagangan Amerika Serikat.
Investor sedang mencerna dampak dari pengenaan tarif perdagangan yang lebih tinggi oleh Presiden AS Donald Trump, yang dinilai berpotensi memicu inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi global dalam beberapa bulan mendatang.
Selain itu, pernyataan terbaru dari Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, semakin menurunkan ekspektasi pasar terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.
Powell menegaskan kepada Komite Perbankan Senat bahwa The Fed tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga, mengingat pada 2024 bank sentral AS telah menurunkan suku bunga sebesar 1% dan ekonomi masih menunjukkan ketahanan yang kuat.
Pernyataan Powell ini sejalan dengan keputusan kebijakan moneter The Fed pada Januari lalu yang tetap mempertahankan suku bunga dan tidak memberikan indikasi kuat untuk pemangkasan lebih lanjut dalam waktu dekat.