HERALD.ID, JAKARTA — Investor besar mulai mengurangi kepemilikan saham Bukalapak (BUKA) di tengah tren kenaikan harga yang masih berlangsung.

BlackRock, salah satu manajer aset terbesar di dunia, tercatat telah menjual 5,5 juta lembar saham Bukalapak pada awal Februari 2025.

Langkah ini menarik perhatian pasar, mengingat sebelumnya BlackRock mengakumulasi saham Bukalapak dalam jumlah besar pada akhir 2024.

Saat ini, saham Bukalapak masih bergerak dalam tren naik dan sempat menyentuh level 150, yang menjadi area resistance kuat.

Meskipun harga sempat menembus angka tersebut, konfirmasi breakout belum terjadi karena saham kembali melemah.

Namun, masih ada akumulasi dari pelaku pasar lainnya, termasuk CSOP Asset Management, yang justru tercatat melakukan pembelian saham Bukalapak.

Dari segi teknikal, saham Bukalapak masih menunjukkan potensi pergerakan lebih tinggi, dengan target harga di kisaran 159–160.

Namun, jika saham kembali gagal bertahan di atas 150 dan muncul candle merah yang solid, ada kemungkinan koreksi ke level support di 135 hingga 128.

Di sisi lain, investor institusi lain seperti Vanguard dan Norges Bank masih mempertahankan kepemilikan saham Bukalapak tanpa indikasi distribusi besar.

Dengan masih adanya minat beli dari pelaku pasar, saham Bukalapak tetap menarik untuk dipantau, meskipun aksi ambil untung dari investor besar seperti BlackRock menjadi sinyal kehati-hatian bagi investor ritel.

Apakah saham Bukalapak masih layak di-hold? Bagi yang sudah masuk di harga bawah, mempertahankan posisi dengan tetap waspada pada level support bisa menjadi strategi.

Sementara bagi yang ingin masuk, menunggu koreksi ke area support sebelum kembali rebound bisa menjadi pilihan yang lebih aman. (*)