HERALD.ID, GAZA–Sandera Israel Iair Horn, Sagui Dekel-Chen dan Sasha (Alexander) Troufanov dibebaskan di Gaza pada hari Sabtu setelah mediator Mesir dan Qatar membantu mencegah kebuntuan yang mengancam akan menenggelamkan gencatan senjata yang rapuh.

Rekaman siaran langsung menunjukkan para Pejuang Hamas membawa ketiganya ke atas panggung di lokasi di Khan Younis, Gaza.

RTHK yang mengutip Reuters melaporkan, ketiganya telah dibebaskan dengan imbalan 369 tahanan Palestina. Pertukaran ini meredakan kekhawatiran bahwa perjanjian tersebut dapat runtuh sebelum berakhirnya gencatan senjata selama 42 hari.

Hamas sebelumnya mengancam tidak akan membebaskan lebih banyak sandera setelah menuduh Israel melanggar ketentuan gencatan senjata dengan menghalangi masuknya bantuan ke Gaza, yang memicu ancaman balasan dari Israel berupa dimulainya kembali pertempuran.

Penampakan kurus kering dari tiga sandera yang dibebaskan minggu lalu dan laporan penyiksaan oleh sandera lain yang dibebaskan sejak 19 Januari ketika gencatan senjata mulai berlaku telah memicu protes Israel yang menuntut agar pemerintah mematuhi gencatan senjata dan melanjutkan tahap berikutnya dari kesepakatan untuk membawa pulang semua sandera.

Prospek agar gencatan senjata tetap berlaku juga dibayangi oleh seruan Presiden AS Donald Trump agar warga Palestina dipindahkan secara permanen dari Gaza, dan agar daerah kantong itu diserahkan kepada Amerika Serikat untuk dibangun kembali. Seruan itu ditolak keras oleh kelompok-kelompok Palestina, negara-negara Arab, dan sekutu Barat.

Gencatan senjata tersebut dimaksudkan untuk membuka jalan bagi tahap kedua negosiasi untuk memulangkan para sandera yang tersisa dan menyelesaikan penarikan pasukan Israel sebelum perang berakhir dan pembangunan kembali Gaza, yang kini sebagian besar hancur, menghadapi kekurangan makanan, air bersih, dan listrik.

Ancaman Hamas untuk menunda pembebasan lebih banyak sandera menyusul tuduhannya bahwa Israel telah memblokir tenda dan bahan bangunan sementara untuk memasuki Gaza, yang menyebabkan puluhan ribu orang terpapar udara dingin musim dingin.

Israel membantah tuduhan tersebut, dengan mengatakan telah mengizinkan ribuan truk bantuan masuk. Hamas pada hari Sabtu mengatakan pihaknya mengharapkan Israel untuk memenuhi kewajiban bantuannya agar gencatan senjata tetap berjalan sesuai rencana. (ilo)