HERALD.ID, JAKARTA – Seorang pria berinisial WK (29) ditangkap polisi setelah mengaku sebagai aparat penegak hukum demi menguras harta bapak angkatnya. Dengan seragam yang dibeli secara daring, dokumen palsu yang dibuat menggunakan kecerdasan buatan (AI), serta skenario matang, ia menjerat korban hingga ratusan juta rupiah melayang.

Kedok WK mulai retak ketika sang bapak angkat mulai merasakan kejanggalan. Janji-janji yang awalnya terdengar masuk akal berangsur menjadi lubang kecurigaan yang tak tertutupi. Laporan pun dikirimkan ke Kapolresta Bogor Kota melalui pesan WhatsApp, memicu penyelidikan mendalam oleh Tim Satreskrim. Hingga akhirnya, WK berhasil diamankan di Stasiun Cilebut, Bogor, pada Kamis, 13 Februari 2025.

Seragam Palsu dan Modus yang Licik

Kasat Reskrim Polresta Bogor Kota, AKP Aji Riznaldi, mengungkapkan bahwa WK memperdaya korbannya dengan mengaku sebagai polisi, anggota Badan Intelijen Negara (BIN), hingga petugas Bea Cukai. Untuk memperkuat kebohongan, ia tampil dalam seragam yang lengkap, melampirkan surat tugas abal-abal, dan berbicara dengan penuh keyakinan.

“Betul, tadi sore kita sudah amankan pelaku di daerah Cilebut. Pelaku ini sudah dipastikan bukan polisi ataupun anggota BIN dan Bea Cukai,” tegas AKP Aji, Kamis, 13 Februari 2025.

Barang bukti berupa seragam polisi, dokumen pengangkatan, dan surat tugas palsu disita sebagai bagian dari penyelidikan. Dokumen-dokumen tersebut ternyata hasil rekayasa canggih yang dibuat menggunakan teknologi AI.

Dalih Biaya Kuliah hingga Tugas Rahasia

WK tidak sekadar mengaku sebagai aparat, tetapi juga memanfaatkan kedekatannya dengan bapak angkatnya untuk menggali keuntungan finansial. Berulang kali ia meminta uang dengan alasan biaya kuliah hingga tugas rahasia yang membutuhkan dana.

“Memang si WK ini memiliki bapak asuh di wilayah Bogor. Dengan kedok polisi dan agen BIN, ia meminta uang untuk berbagai keperluan, termasuk biaya kuliah dan ongkos melaksanakan tugas,” ujar AKP Aji.

WK sempat menghilang dari kehidupan bapak angkatnya selama beberapa tahun. Saat kembali, ia membawa cerita baru—mengklaim dirinya kini sudah menjadi perwira polisi yang bertugas di BIN. Kepercayaan yang dibangun bertahun-tahun akhirnya dijadikan alat untuk memanipulasi korban.

Teknologi AI dalam Penipuan

WK tidak hanya mengandalkan narasi verbal dan atribut fisik, tetapi juga memanfaatkan teknologi modern untuk memperkuat kebohongannya. Dokumen pengangkatan hingga surat tugas dibuat menggunakan kecerdasan buatan agar tampak meyakinkan.

“Dokumen itu semua dibuat sendiri dengan AI. Penggunaannya masih kami dalami lebih lanjut. Kalau seragamnya sendiri, dia beli secara online,” tambah AKP Aji.

Deretan Korban dan Kerugian Mencapai Ratusan Juta

Kasus ini tak hanya berdampak pada bapak angkat WK. Polisi menemukan bahwa ada korban lain yang turut terjerat dalam tipu muslihatnya. Dari laporan awal yang menyebutkan kerugian puluhan juta, angka tersebut melonjak drastis setelah penyelidikan lebih lanjut mengungkap adanya korban tambahan.

“Kerugian korban ratusan juta rupiah. Awalnya hanya dilaporkan puluhan juta, tetapi setelah dikembangkan, ternyata ada korban lainnya,” ungkap AKP Aji.

Akhir Permainan: WK Ditahan

Setelah melalui serangkaian pemeriksaan intensif, WK akhirnya ditetapkan sebagai tersangka. Gelar perkara telah dilakukan, dan ia kini resmi mendekam di tahanan Polresta Bogor Kota dengan jeratan pasal penipuan.

“Sudah ditetapkan sebagai tersangka melalui proses gelar perkara. Saat ini dilakukan penahanan di Rutan Polresta Bogor Kota,” pungkas AKP Aji. (*)