HERALD.ID, PAMULANG – Suara drum band yang semula riang di lapangan kecil sebuah sekolah TK di Permata Pamulang berubah mencekam. Belasan anak yang masih polos, dengan seragam marching band mini mereka, mendadak membeku di tempat. Semua mata tertuju pada dua pria bertampang sangar yang datang menghampiri, salah satunya mengacungkan sebilah pisau mengkilap ke udara.

Dua pria itu bukan sekadar pengamat iseng. Dengan langkah berat, mereka mendekati para guru yang mendampingi anak-anak. “Kopi sama rokoknya mana?” gertak salah satu dari mereka, pria bertopi abu-abu dengan rompi berwarna senada. Sementara rekannya yang lebih dikenal dengan nama “Monyong”—karena bibirnya yang agak mencuat—menarik celana loreng oranye yang melorot sedikit.

Para guru yang awalnya mencoba menenangkan anak-anak kini dilanda kepanikan. Beberapa berusaha mengulur waktu, sebagian lainnya buru-buru menghubungi pihak berwajib. Ketegangan menggantung di udara. Anak-anak yang semula memukul drum dan meniup terompet kini hanya bisa menatap dengan bingung dan takut.

Tak butuh waktu lama, aparat kepolisian Pamulang tiba di lokasi. Dengan gerak cepat, kedua preman itu diringkus tanpa perlawanan berarti. Pisau yang tadi sempat membuat nyali ciut disita sebagai barang bukti. Beberapa warga yang menyaksikan kejadian itu bersorak kecil, lega melihat dua pria itu akhirnya diamankan.

Kepolisian setempat mengonfirmasi penangkapan tersebut. “Benar, kedua pelaku sudah kami amankan. Mereka berusaha melakukan pemerasan dan mengintimidasi para guru dengan senjata tajam. Beruntung, tidak ada korban dalam kejadian ini,” ujar salah satu petugas yang menangani kasus tersebut.

Sementara itu, di media sosial, peristiwa ini langsung viral. Netizen ramai-ramai mengecam tindakan premanisme yang semakin meresahkan. “Sudah bukan zamannya bang jago model begini. Untung cepat ditangkap,” tulis salah satu pengguna X.

Kini, dua preman itu harus mempertanggungjawabkan aksi mereka di balik jeruji besi. Sementara itu, anak-anak TK yang sempat trauma perlahan diajak kembali berlatih, dengan janji dari para guru bahwa tidak ada lagi orang jahat yang akan mengganggu mereka. (*)