HERALD.ID, WASHINGTON–Presiden AS Donald Trump pada hari Jumat waktu setempat mengatakan ia akan mengambil sikap keras terhadap Jalur Gaza jika itu terserah dirinya.

“Saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada pukul 12 siang. Jika itu terserah saya, saya akan mengambil sikap yang sangat keras. Saya tidak dapat memberi tahu Anda apa yang akan dilakukan Israel,” kata Trump kepada wartawan di Ruang Oval dikutip Anadolu.

Awal minggu ini, Trump mengusulkan pembatalan gencatan senjata Gaza antara Israel dan kelompok Palestina Hamas jika semua sandera di Jalur Gaza yang terkepung tidak dibebaskan pada hari Sabtu ini.

“Menurut saya, jika semua sandera tidak dikembalikan paling lambat Sabtu pukul 12 siang — saya rasa ini waktu yang tepat — saya akan katakan, batalkan saja dan semua taruhan batal serta biarkan kekacauan terjadi. Saya akan katakan mereka harus dikembalikan paling lambat Sabtu pukul 12 siang. …Dan setelah itu, saya akan katakan, kekacauan akan terjadi,” kata Trump pada hari Senin.

Perjanjian gencatan senjata Gaza telah berlaku sejak 19 Januari, menangguhkan perang genosida Israel yang telah menewaskan lebih dari 48.000 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan meninggalkan daerah kantong itu dalam reruntuhan.

Hamas sempat mengatakan akan menunda pembebasan sandera keenam pada hari Sabtu karena pelanggaran Israel terhadap perjanjian tersebut, tetapi setelah mediasi dari Qatar dan Mesir, kesepakatan tersebut akan dilaksanakan hari ini sesuai kesepakatan.

“Anda harus melihat ini dimulai dengan mereka mengatakan, ‘Kami tidak akan membebaskan para sandera, seperti yang kami katakan… Saya berkata, ‘Bagus, Anda punya waktu sampai jam 12 siang pada hari Sabtu, yang besok, pukul 12 siang, untuk melakukannya,” kata Trump.

“Dan kami tidak mendengar apa pun. Lalu tiba-tiba, dua hari yang lalu, mereka berkata, ‘Tidak, kami telah memutuskan untuk membebaskan para sandera.’,” katanya, seraya menambahkan Hamas harus membebaskan semua sandera.

Baru-baru ini, Trump telah mengusulkan untuk mengambil alih Gaza dan memukimkan kembali warga Palestina ke negara-negara tetangga dan mengubah daerah kantong itu menjadi “Riviera Timur Tengah.”

Usulannya telah menuai kecaman luas dari dunia Arab dan sekitarnya.​​​​​​​ (ilo)