HERALD.ID, JAKARTA — Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang pekan ini menunjukkan tren negatif, meskipun penurunannya tidak sedalam minggu sebelumnya.

Dalam periode 10-14 Februari 2025, IHSG melemah sebesar 1,54% dan ditutup di level 6.638,459, turun dari 6.752,576 pada pekan lalu.

Sekretaris Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Kautsar Primadi Nurahmad, mengungkapkan bahwa meski masih berada di zona merah, tekanan jual sudah mulai mereda dibandingkan pekan sebelumnya, yang mengalami koreksi tajam hingga 5,16%.

Selain IHSG, kapitalisasi pasar bursa juga mengalami penurunan 1,67%, turun menjadi Rp11.401 triliun dari Rp11.595 triliun pada pekan sebelumnya.

Penurunan juga terlihat pada rata-rata frekuensi transaksi harian yang melemah 11,58%, dengan jumlah transaksi turun menjadi 1,16 juta kali dari sebelumnya 1,31 juta kali per hari.

Rata-rata volume transaksi harian pun anjlok cukup dalam, turun 25,55% menjadi 15,45 miliar lembar saham dari sebelumnya 20,75 miliar lembar saham.

Sementara itu, investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp585,32 miliar pada Jumat (14/2), dengan total net sell sepanjang 2025 mencapai Rp10,52 triliun.

Di tengah tekanan IHSG, Bursa Efek Indonesia mencatat emisi baru selama pekan ini, terdiri dari dua sukuk dan empat obligasi. Beberapa emiten yang menerbitkan surat utang antara lain:

  • PT Medco Power Indonesia dengan Sukuk Wakalah Berkelanjutan I Tahap IV senilai Rp1,15 triliun.
  • PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry yang mencatatkan Obligasi Berkelanjutan III Tahap II sebesar Rp867,825 miliar dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Tahap II senilai Rp917,02 miliar.
  • PT Tower Bersama Infrastructure Tbk yang menerbitkan Obligasi Berkelanjutan VI Tahap V senilai Rp2,79 triliun dengan peringkat AA+ dari Fitch Ratings Indonesia.
  • PT Provident Investasi Bersama Tbk yang menerbitkan Obligasi Berkelanjutan II Tahap IV dengan nominal Rp612,205 miliar.

Dengan tambahan ini, total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat sepanjang 2025 mencapai 13 emisi dari 11 emiten dengan nilai Rp15,24 triliun.

Secara keseluruhan, BEI kini memiliki 599 emisi obligasi dan sukuk dengan nilai outstanding Rp481,72 triliun dan USD85,70 juta.

Selain itu, Surat Berharga Negara (SBN) yang tercatat di BEI berjumlah 192 seri dengan total nilai nominal Rp6.097,37 triliun dan USD502,10 juta. BEI juga mencatatkan delapan emisi Efek Beragun Aset (EBA) dengan nilai Rp2,41 triliun.

Meskipun IHSG masih mengalami tekanan, aktivitas pencatatan efek menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia tetap dinamis, dengan minat terhadap instrumen investasi seperti obligasi dan sukuk masih cukup tinggi. (,)