HERALD.ID, WASHINGTON–Presiden AS Donald Trump mengklaim bahwa Ukraina memulai perang melawan Rusia pada Februari 2022.
“Hari ini saya mendengar, ‘Oh, kami tidak diundang.’ Nah, Anda sudah berada di sana selama tiga tahun, Anda seharusnya mengakhirinya… Anda seharusnya tidak pernah memulainya. Anda seharusnya bisa membuat kesepakatan,” kata Trump pada hari Selasa dikutip dari TRT World.
Trump menegaskan, perang ini mestinya tidak terjadi. “Ini perang yang tidak masuk akal. Seharusnya tidak pernah terjadi. Itu tidak akan pernah terjadi jika saya menjadi presiden. Dan itu memalukan untuk dilihat,” katanya kepada wartawan di perkebunannya di Mar-a-Lago.
“Saya pikir orang-orang akan terkejut dengan banyaknya orang, bukan hanya tentara, yang tewas di Ukraina. Jauh lebih banyak dari yang Anda kira,” lanjutnya.
Pernyataan Trump muncul setelah delegasi AS mengadakan dialog kerja dengan Rusia tentang Ukraina selama pembicaraan di Riyadh pada hari sebelumnya. Ia mengatakan bahwa ia “jauh lebih percaya diri” dalam kesepakatan damai setelah pembicaraan tersebut dan mengatakan bahwa ia akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin bulan ini.
Sean Savett, yang merupakan juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih di bawah mantan Presiden Joe Biden, mengatakan dalam sebuah unggahan media sosial bahwa Rusia memulai perang. “Kedengarannya seperti Trump membeli propaganda Putin dengan mudah. Pengingat yang tidak dibutuhkan siapa pun: Putin memulai perang dengan menginvasi Ukraina tanpa alasan, dan pasukannya telah melakukan kejahatan perang terhadap rakyat Ukraina. Rusia adalah pihak yang bertanggung jawab atas berlanjutnya perang ini,” tegasnya.
Trump mengecam mantan presiden AS Joe Biden atas caranya menangani perang, dengan mengatakan bahwa ia memiliki kekuatan untuk mengakhirinya. Trump juga mengatakan Ukraina harus menyelenggarakan pemilu. “Itu bukan urusan Rusia, itu sesuatu yang datang dari saya dan juga dari banyak negara lain,” katanya.
Ia terus membidik Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, dengan mengatakan “tingkat persetujuannya turun hingga 4 persen.” (ilo)