Oleh: Tomi Lebang
HERALD.ID – Pada dentang waktu maghrib kemarin, Pak Syaf menggenapi perjalanan hidupnya di dunia yang fana ini. Sesaat kemudian, kabar kepergiannya menyebar melalui telepon, pesan berantai, beranda media sosial, lalu kanal-kanal berita. Lengkap dengan lokasi rumah duka.
Saya, yang bagai dihentak palu mendengar kabar itu, bergegas keluar rumah memesan ojek sepeda motor dan meluncur selekasnya ke Jl. Cibulan di Kebayoran Baru.
Pelayat sudah berdatangan. Sejumlah polisi berdiri di ujung-ujung jalan. Hanya sekitar sejam semenjak kabar kepergiannya menyebar, orang-orang sudah menyemut di rumah duka. Ribuan orang. Saat keranda jenazah Pak Syaf diangkat dari kendaraan dan perlahan dibawa ke ruang tengah rumah itu, saya tak bisa lagi mengenal wajah orang-orang yang berdesakan. Seratusan tangan mengacungkan telepon genggam, berusaha merekam momen ketibaan sang mayit di rumah duka. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.
Kepergian Pak Syaf sungguh menyentak banyak orang. Saya melihat sejumlah wajah yang dikenal luas datang melayat di menit-menit kedatangan jenazah pukul delapan malam. Kiai, menteri, anggota parlemen, jenderal polisi dan tentara, pengusaha, wartawan, dan entah dari mana lagi. Saya melihat wajah taipan Tommy Winata yang sedih, Jenderal Badrodin Haiti, Menteri Dudy Purwagandhi, Jenderal Fadhil Imran, Akbar Faizal, Husain Abdullah, dan banyak lagi.
Lalu salat jenazah digelar dengan jamaah berimpitan. Bergantian. Doa-doa didaraskan. Di luar rumah, jalan raya sesak oleh kendaraan pelayat, mobil terbuka yang membawa karangan bunga, dan kerumunan yang sayup-sayup berbicara tentang Pak Syaf semasa hidupnya.
Saya mendengar begitu banyak testimoni tentang kebaikan almarhum yang membekas dan tak lekang oleh waktu. Saat meninggalkan rumah duka menjelang pergantian hari, di perjalanan ke rumah, segenap kenangan bersama almarhum melintas bagai diorama.
Saya mengenal Pak Syaf sejak 20 tahun lalu. Tepatnya semasa ia menjadi Ajudan Wakil Presiden yang berpangkat Komisaris Besar dan saya sedang menulis sebuah buku reportase atas pidato-pidato Wakil Presiden Jusuf Kalla yang mengharuskan saya datang ke istana wakil presiden. Saya kerap bertemu, bertanya, hingga meminta bantuan bahan tulisan melalui Pak Syaf.