HERALD.ID, JAKARTA–Ombudsman RI menemukan makanan yang tidak layak konsumsi, seperti buah melon dalam kondisi busuk serta sayuran yang kurang segar saat meninjau pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SMPN 13 Surabaya.
Sementara itu, menu MBG di salah satu SD di Waingapu, Sumba, Nusa Tenggara Timur sempat menghebohkan publik. Pasalnya, dalam kotak makanan yang disajikan, ditemukan potongan daging ayam yang masih mentah atau belum matang sempurna.
Belum cukup sampai di situ, sejumlah siswa di tiga SD di Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, diduga mengalami keracunan makanan setelah menyantap MBG. Para siswa sempat mengalami mual dan pusing setelah mengonsumsi menu MBG itu.
Di tengah masih adanya sejumlah temuan, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengatakan pengendalian mutu (quality control) makanan pada program makan bergizi gratis (MBG) terkendali. Dia memastikan ada pengujian sebelum makanan disajikan ke siswa.
“Ya itu salah satu yang harus dilakukan oleh para ahli gizi. Jadi sebelum dikirim ke sekolah, dites dulu. Karena sebetulnya kenapa kita mewajibkan di satuan-satuan pelayanan (ada) satu ahli gizi karena untuk mengontrol itu, mengontrol kualitas,” ucap Dadan di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (28/2/2025) dikutip dari Inilah.com.
Terkait adanya temuan kasus makanan yang belum matang, Dadan malah menyalahkan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), yang merupakan dapur umum dalam program ini. Dia mencontohkan, pada saat uji coba sebelumnya, dibutuhkan waktu hingga tiga bulan agar para anggota SPPG untuk dapat memasak bagi 3.000 orang dengan rasa dan tingkat kematangan yang konsisten.
Makanya, saat ini BGN kata dia menerapkan standar operasional bahwa SPPG yang baru harus memulai dengan jumlah porsi kecil terlebih dahulu. “Jadi harus mulai dari 150 (porsi), naik 500 (porsi), naik 1.000 (porsi), naik 1.500 (porsi). Karena terus terang yang seperti ini butuh pembiasaan,” katanya. (ilo)