HERALD.ID – Marugame Udon telah menjadi salah satu restoran Jepang yang berkembang pesat di Indonesia. Dengan menu yang lezat dan konsep dapur terbuka yang khas, restoran ini berhasil menarik perhatian masyarakat dan terus memperluas jaringannya. Namun, di balik kesuksesan Marugame Udon, ada kisah inspiratif dari sang pendiri, Takaya Awata.

Awata bukanlah pengusaha yang lahir dari kemewahan. Pada usia 13 tahun, ia kehilangan ayahnya dan hidup dalam keterbatasan bersama ibunya yang bekerja keras untuk menghidupi keluarga. Ia sempat berkuliah di Kobe City University of Foreign Studies, tetapi terpaksa berhenti karena kesulitan biaya. Demi bertahan hidup, ia bekerja sebagai barista, supir truk, hingga pekerja restoran.

Perjalanan bisnisnya dimulai dari kegagalan. Awata sempat membuka restoran ayam panggang, tetapi usahanya tak bertahan lama. Kegagalan ini justru membawanya pada inspirasi baru ketika mengunjungi kampung halaman ayahnya di Prefektur Kagawa—daerah yang terkenal dengan udon. Di sana, ia melihat restoran udon yang selalu ramai dan menarik perhatian pelanggan dengan proses pembuatan mie secara langsung. Dari sinilah lahir ide mendirikan restoran udon dengan konsep serupa.

Pada tahun 1990, dengan modal tabungan, ia membuka restoran kecil bernama Toridoll Sanban-kan di Kakogawa, Jepang. Usaha ini berkembang pesat dan menjadi cikal bakal Marugame Udon. Awata pun mulai memperluas bisnisnya hingga berhasil membawa Marugame Udon ke pasar internasional.

Pada 2011, Marugame Udon membuka cabang pertamanya di luar Jepang, yakni di Hawaii. Ekspansi ini berlanjut ke berbagai negara, termasuk Indonesia pada 2013, dengan gerai pertama di Mall Taman Anggrek, Jakarta. Hingga Juni 2024, Marugame Udon telah memiliki lebih dari 1.100 cabang di seluruh dunia, dengan ratusan di antaranya berada di Indonesia.

Keberhasilan Marugame Udon tak lepas dari filosofi Awata: menyajikan udon segar yang dibuat langsung di dapur terbuka, bukan produksi massal. Ia juga menyesuaikan menu dengan selera lokal, seperti menghadirkan kaldu berbasis tomat di China dan topping cabai di Indonesia.

Kini, Awata menjadi salah satu orang terkaya di Jepang dengan kepemilikan saham 48% di Toridoll Holdings, yang bernilai sekitar USD1,1 miliar atau setara Rp16,7 triliun. Dari seorang pekerja serabutan hingga miliarder industri kuliner, kisah Takaya Awata membuktikan bahwa kegigihan dan inovasi dapat mengubah hidup seseorang. (*)