HERALD.ID, JAKARTA — Pasar saham domestik kembali menunjukkan ketangguhannya dengan reli tajam pada perdagangan hari ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 2,37% ke level 6.531,40, mencerminkan optimisme pelaku pasar di tengah dinamika ekonomi global. Lonjakan ini didorong oleh saham perbankan dan konglomerat yang mengalami penguatan signifikan.
Sebanyak 438 saham tercatat naik, sementara 195 saham turun, dan 322 lainnya stagnan. Nilai transaksi hari ini mencapai Rp 12,83 triliun dengan volume perdagangan mencapai 20,79 miliar saham dalam 1,03 juta transaksi.
Dari sisi sektoral, sektor teknologi menjadi motor utama penguatan IHSG dengan kenaikan 3,7%. Sektor bahan baku dan keuangan juga turut menguat masing-masing sebesar 3,44% dan 2,41%. Sementara itu, hanya dua sektor yang tertinggal di zona merah, yakni sektor kesehatan dan konsumer non-primer.
Saham perbankan menjadi pendorong utama kenaikan IHSG hari ini. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi saham dengan kontribusi terbesar, menyumbang 26,12 indeks poin setelah melonjak 4,63% ke level 3.840. Saham perbankan lainnya seperti BBCA naik 1,69%, BBNI melesat 5,69%, dan BMRI naik tipis 0,41%.
Selain sektor perbankan, saham teknologi dan konglomerasi turut berperan dalam lonjakan IHSG. Saham DCI Indonesia (DCII) mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 9,99% ke level 127.725, memberikan dorongan 15,32 indeks poin. Sementara itu, saham Amman Mineral Internasional (AMMN), yang berada di bawah naungan Grup Salim, naik 8,33% menjadi 6.500 dan menyumbang 14,41 indeks poin.
Penguatan IHSG ini juga didukung oleh mulai meredanya arus keluar dana asing yang selama ini menjadi tekanan bagi pasar. Sepanjang perdagangan Selasa (4/3/2025), investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp 593,64 miliar, terdiri dari Rp 308,64 miliar di pasar reguler dan Rp 285,01 miliar di pasar nego dan tunai. Ini merupakan aksi beli bersih pertama setelah investor asing terus melakukan aksi jual sejak 19 Februari lalu.
Meski demikian, IHSG masih dibayangi ketidakpastian global, terutama dampak kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump terhadap Kanada dan Meksiko.
Di sisi lain, China telah mengumumkan langkah pembalasan dengan menerapkan tarif baru hingga 15% pada sejumlah produk AS mulai 10 Maret, termasuk komoditas pertanian seperti jagung dan kedelai yang akan dikenai tarif masing-masing sebesar 15% dan 10%.
Dengan berbagai faktor tersebut, investor diharapkan tetap mencermati pergerakan pasar untuk mengantisipasi potensi volatilitas di tengah dinamika ekonomi global yang terus berkembang. (*)