HERALD.ID, JAKARTA — Di tengah dinamika pasar modal yang sempat bergejolak, Bursa Efek Indonesia (BEI) justru mencatatkan kinerja positif sepanjang pekan lalu.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak 5,83 persen ke level 6.636 pada periode 3-7 Maret 2025, naik signifikan dari posisi 6.270,597 sepekan sebelumnya.
Sekretaris Perusahaan BEI, Kautsar Primadi Nurahmad, menyebut lonjakan ini menjadi angin segar bagi pasar modal Indonesia setelah dua pekan terakhir IHSG tertekan. “Data perdagangan saham BEI selama periode tersebut tetap bertahan di zona positif,” ujarnya dalam keterangan resmi, Sabtu, 8 Maret 2025.
Kenaikan IHSG sejalan dengan meningkatnya kapitalisasi pasar bursa yang tumbuh 5,24 persen menjadi Rp 11.450 triliun dari Rp 10.880 triliun pada pekan sebelumnya. Meski demikian, rata-rata nilai transaksi harian justru turun tipis 4,03 persen, dari Rp 13,69 triliun menjadi Rp 13,14 triliun.
Perubahan juga terlihat pada rata-rata frekuensi transaksi harian, yang melemah 6,14 persen menjadi 1,10 juta kali transaksi. Sementara itu, rata-rata volume transaksi harian tercatat turun 11,07 persen, dari 22,36 miliar lembar saham menjadi 19,88 miliar lembar saham.
Di sisi lain, aksi jual bersih investor asing (net sell) mencapai Rp 791,51 miliar pada Jumat, 7 Maret 2025. Sepanjang tahun ini, total net sell asing telah menyentuh Rp 22,35 triliun, mencerminkan masih adanya tekanan dari faktor eksternal.
Sebelumnya, BEI bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggelar pertemuan dengan sejumlah emiten besar pada Senin, 3 Maret 2025. Pertemuan di Main Hall BEI itu membahas strategi memulihkan IHSG yang sempat anjlok akibat kebijakan ekonomi global, termasuk pengaruh dari kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Presiden Direktur BEI, Iman Rachman, menegaskan bahwa faktor eksternal memang memengaruhi pergerakan pasar, namun pihaknya berkomitmen menjaga transparansi dan efisiensi perdagangan saham. “Kami terus memastikan pasar modal Indonesia tetap stabil, meski ada tekanan global,” katanya.
Langkah konkret hasil pertemuan itu meliputi penundaan penerapan short selling dan wacana buyback saham tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), demi melindungi investor dan menjaga stabilitas pasar.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Inarno Djajadi, menegaskan bahwa pihaknya akan menindaklanjuti masukan dari para pelaku pasar. “Kami hadir untuk memastikan pasar modal tetap kuat dan terpercaya,” ujarnya.
Dengan sinyal pemulihan IHSG dan dukungan dari regulator serta emiten besar, diharapkan tren positif ini terus berlanjut, memberi kepercayaan lebih bagi investor domestik dan asing.