HERALD.ID, JAKARTA – Angin perubahan kembali berembus di lanskap politik Indonesia. Kali ini, Rocky Gerung, seorang akademisi dan pengamat politik, melontarkan pandangan tajamnya mengenai situasi politik pasca-Pemilu 2024. Bukan tanpa alasan, katanya, jika publik merasakan atmosfer yang mengarah pada Reformasi Jilid 2.

Dalam sebuah diskusi yang kini ramai diperbincangkan, Rocky menyinggung posisi Presiden terpilih Prabowo Subianto yang, menurutnya, tengah memikul “beban warisan” dari pemerintahan Joko Widodo. Beban itu, kata Rocky, bisa menjadi faktor penentu arah kepemimpinan Prabowo: apakah akan melanjutkan kebijakan lama atau justru mengambil langkah revolusioner demi memenuhi harapan publik yang menginginkan perubahan.

“Publik merasa ada sesuatu yang janggal. Mereka ingin kepastian bahwa Prabowo tidak hanya menjadi penerus kebijakan Jokowi, tapi juga membawa pembaruan,” ujar Rocky.

Rasa Ketidakpuasan dan Isyarat Reformasi

Suasana politik yang memanas, protes yang mencuat di berbagai daerah, serta meningkatnya ketidakpuasan terhadap sistem yang dianggap semakin oligarkis, menjadi alasan mengapa wacana Reformasi Jilid 2 kian santer. Rocky menilai, situasi ini bukan sekadar euforia sesaat, melainkan refleksi dari kegelisahan rakyat terhadap arah politik dan ekonomi yang dianggap belum sepenuhnya berpihak pada mereka.

“Sejarah menunjukkan bahwa reformasi lahir dari ketidakpuasan kolektif. Ketika suara rakyat semakin lantang, pemerintah harus benar-benar mendengar,” lanjutnya.

Di sisi lain, Prabowo menghadapi dilema besar. Di satu sisi, ia harus menjaga stabilitas politik dengan tetap merangkul elemen-elemen dari pemerintahan sebelumnya. Di sisi lain, tekanan publik menuntutnya untuk melakukan gebrakan nyata agar tak terjebak dalam bayang-bayang Jokowi.

Jalan Terjal Prabowo

Meskipun Prabowo telah menegaskan akan melanjutkan berbagai proyek strategis nasional yang diwariskan Jokowi, ia juga tak bisa mengabaikan tuntutan perubahan yang semakin kuat. Di sinilah ujiannya sebagai pemimpin: apakah ia mampu berdiri di antara dua kepentingan tanpa kehilangan kepercayaan rakyat?

Rocky Gerung, dengan gayanya yang provokatif, seakan mengingatkan bahwa politik Indonesia selalu penuh kejutan. “Reformasi tidak direncanakan di ruang rapat. Ia lahir dari momentum. Dan saat ini, semua tanda-tanda itu mulai terlihat,” pungkasnya.

Hanya waktu yang akan menjawab, apakah ini sekadar riak kecil dalam politik, atau benar-benar awal dari babak baru dalam sejarah Indonesia.