HERALD.ID – Mantan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikti Saintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro akhirnya membuka suara soal pencopotannya dari kabinet Presiden Prabowo Subianto. Dalam wawancara yang diunggah di kanal YouTube Refly Harun, Satryo mengungkap rahasia besar terkait hubungan demonstrasi mahasiswa dan keputusan pencopotan dirinya.
Menurut Satryo, Prabowo memiliki ketidaksukaan terhadap aksi demonstrasi yang dianggapnya sebagai pemicu kegaduhan. Pernyataan ini ia peroleh dari Mayor (sekarang Letkol) Teddy Indra Jaya, seorang pejabat di lingkaran dekat Presiden, yang mengunjunginya di kediamannya di Lidya Chandra pada Selasa malam, 18 Februari 2025.
“Pak Presiden itu alergi dengan demo. Jadi kalau ada demo, itu dianggap sebagai kegaduhan,” ungkap Satryo menirukan pernyataan Teddy.
Satryo menyebut dua peristiwa demonstrasi yang menjadi sorotan. Pertama, aksi pegawai Kemendikti Saintek pada 20 Januari 2025, yang menuntut perbaikan kebijakan internal. Kedua, demonstrasi mahasiswa BEM yang memprotes kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) pada 17 dan 18 Februari 2025. Satryo meyakini kedua insiden ini turut berkontribusi dalam keputusannya dikeluarkan dari kabinet.
Namun, Satryo menegaskan, dirinya tidak dipecat. Ia mengklaim telah lebih dulu mengajukan surat pengunduran diri ke Sekretariat Negara sebelum pengumuman resmi dari Presiden.
Sejak menjabat, Satryo memang beberapa kali terseret kontroversi. Selain polemik kenaikan UKT, ia juga sempat menjadi sorotan akibat beredarnya rekaman suara yang diduga menampilkan dirinya sedang memarahi pegawai. Isu efisiensi anggaran yang menyebabkan berkurangnya kuota penerima beasiswa KIP turut menambah tekanan terhadapnya.
Sebagai penggantinya, Presiden Prabowo menunjuk Guru Besar ITB, Brian Yuliarto, untuk mengisi posisi Mendikti Saintek. (*)