HERALD.ID – Di balik kesuksesan Wafer Tango, ada nama Hamid Djojonegoro, sosok visioner yang membawa merek ini menjadi ikon di industri makanan ringan Indonesia dan sukses menembus pasar global.
Sebagai anak ketiga dari Chandra Djojonegoro, pendiri Orang Tua Group, Hamid berperan besar dalam mengembangkan bisnis keluarga yang telah berdiri sejak 1948. Di bawah kepemimpinannya, Orang Tua Group berkembang menjadi salah satu konglomerasi terbesar di Indonesia dengan lini bisnis yang mencakup makanan, minuman, permen, dan produk perawatan pribadi.
Langkah besar Hamid dimulai pada 1982 ketika ia mendirikan PT Panjang Jiwo Pangan Makmur, perusahaan yang memproduksi produk-produk kesehatan seperti Kiranti dan Larutan Penyejuk.
Meskipun beroperasi secara independen, Hamid tetap menjaga sinergi dengan keluarga dalam memperluas kerajaan bisnis Orang Tua Group. Dengan strategi yang tepat, merek-merek di bawah naungannya, seperti Tango, Torabika, Top Coffee, dan Chitato, berhasil mendominasi pasar nasional.
Tango sendiri lahir pada 1994 sebagai produk permen, sebelum akhirnya bertransformasi menjadi wafer renyah berlapis krim yang kita kenal hingga kini. Varian rasa seperti Cokelat, Susu Vanila, dan Choco Hazelnut menjadi favorit konsumen.
Seiring waktu, Tango tak hanya menjadi merek lokal yang kuat, tetapi juga berhasil menembus pasar internasional. Sejak 2016, produk ini hadir di Tiongkok melalui ekosistem Alibaba Group dan mendapat sambutan luar biasa. Bahkan, pada ajang Festival Belanja 11.11 Alibaba tahun 2019, Tango menjadi salah satu produk favorit konsumen Tiongkok.
Keberhasilan ini tak lepas dari inovasi dan strategi pemasaran yang cermat. Hamid Djojonegoro membuktikan bahwa produk lokal bisa bersaing di pasar global dengan kualitas, branding, dan distribusi yang tepat. Dengan pencapaian ini, Tango bukan hanya sekadar wafer, tetapi juga simbol sukses industri makanan ringan Indonesia yang mampu menembus batas negara. (*)