Oleh: Baharuddin & Fathimah Andi Rumpa | Author | Researcher
HERALD.ID – Puasa ramadan dapat menjadikan orang sehat namun dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan. Selama bulan suci Ramadan, umat Muslim di seluruh dunia menjalankan puasa dari imsak hingga matahari terbenam. Saat berbuka puasa, tradisi mengonsumsi makanan dan minuman manis menjadi kebiasaan umum untuk mengembalikan energi dengan cepat termasuk di Indonesia. Namun, banyak dari hidangan manis ini mengandung fruktosa dalam jumlah tinggi, ini adalah sejenis gula yang bila dikonsumsi berlebihan dapat membahayakan kesehatan. Ulasan berikut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang risiko asupan fruktosa yang berlebihan selama Ramadan dan memberikan saran praktis agar tetap sehat selama menjalani ibadah puasa selama sebulan.
Fruktosa adalah gula sederhana yang terdapat secara alami dalam buah-buahan, madu, dan beberapa sayuran. Gula ini juga menjadi bahan utama dalam sirup jagung tinggi fruktosa (HFCS), yang sering digunakan dalam minuman dan makanan olahan. Berbeda dengan glukosa yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh sel tubuh, fruktosa hampir seluruhnya diproses oleh hati. Jika dikonsumsi dalam jumlah wajar, fruktosa tidak menjadi masalah, tetapi asupan berlebih dapat membebani hati dan mengubah fruktosa menjadi lemak. Kondisi ini dapat memicu penyakit hati berlemak non-alkohol (NAFLD), di mana lemak menumpuk di sel-sel hati. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa diet tinggi fruktosa menyebabkan penumpukan lemak di hati dalam waktu singkat [1].
Lebih jauh lagi, konsumsi fruktosa berlebih juga dapat mengacaukan pengaturan gula darah dan memicu penambahan berat badan. Berbeda dengan glukosa, fruktosa tidak memicu pelepasan insulin (Non Insulin Dependent) atau meningkatkan produksi leptin — hormon yang mengatur rasa kenyang dan metabolisme. Akibatnya, asupan fruktosa yang tinggi sering kali membuat seseorang makan lebih banyak dari yang dibutuhkan, sehingga berat badan meningkat. Banyak ulasan dari kajian ilmiah di level global menyimpulkan bahwa konsumsi fruktosa berlebih memiliki kaitan erat dengan risiko obesitas pada orang dewasa [2], [3], [4] dan terutama anak-anak.
Selama Ramadan, kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman manis biasanya melonjak, terutama saat berbuka puasa. Banyak produk seperti minuman bersoda, jus kemasan, dan makanan penutup mengandung fruktosa dalam jumlah besar, terutama yang mengandung HFCS. Indonesia negara yang patut waspada selama bulan ramadan. Penjualan bahan makanan manis yang tidak terkontrol secara penuh dapat menjadi masalah yang besar. Peningkatan asupan fruktosa ini dapat memperparah risiko kesehatan yang telah disebutkan, bahkan berpotensi menyebabkan masalah jangka panjang jika tidak dikendalikan khususnya bagi usia anak-anak.
Untuk menghindari dampak buruk tersebut, kita perlu bijak dalam mengelola asupan makanan dengan fruktosa tinggi selama Ramadan. Berikut beberapa langkah sederhana: pertama, prioritaskan sumber fruktosa alami seperti buah segar yang kaya serat dan nutrisi. Kedua, periksa label kemasan dan hindari produk dengan kandungan HFCS atau gula tambahan yang tinggi. Ketiga, awali berbuka dengan air putih dan kurma, yang merupakan cara tradisional sekaligus sehat untuk mengembalikan energi tanpa kelebihan fruktosa. Dengan langkah kecil ini, kita bisa menjalani Ramadan dengan penuh makna spiritual tanpa mengorbankan kesehatan. Makanan manis perlu namun jangan berlebihan kontrol konsumsinya terutama pada anak-anak untuk mencegah obesitas dan diabetes.
Referensi
- [1] I. Yustisia, D. Tandiari, M. H. Cangara, F. Hamid, and N. A. Daud, “A high-fat, high-fructose diet induced hepatic steatosis, renal lesions, dyslipidemia, and hyperuricemia in non-obese rats,” Oct. 01, 2022, Elsevier BV. doi: 10.1016/j.heliyon.2022.e10896.
- [2] E. Roeb and R. Weiskirchen, “Fructose and Non-Alcoholic Steatohepatitis,” Frontiers in Pharmacology, vol. 12. Frontiers Media, Feb. 08, 2021. doi: 10.3389/fphar.2021.634344.
- [3] A. K. Azevedo‐Martins, M. P. Santos, J. Abayomi, N. J. R. Ferreira, and F. S. Evangelista, “The Impact of Excessive Fructose Intake on Adipose Tissue and the Development of Childhood Obesity,” Mar. 25, 2024, Multidisciplinary Digital Publishing Institute. doi: 10.3390/nu16070939.
- [4] S. Yu, C. Li, G. Ji, and L. Zhang, “The Contribution of Dietary Fructose to Non-alcoholic Fatty Liver Disease,” Frontiers in Pharmacology, vol. 12. Frontiers Media, Nov. 18, 2021. doi: 10.3389/fphar.2021.783393.