HERALD.ID, IKN – Ibu Kota Nusantara (IKN) digagas sebagai kota berkelanjutan yang mengusung konsep smart forest city. Namun, impian kota hijau ini dihadapkan pada kenyataan pahit: banjir masih mengintai. Staf Khusus Kepala Otorita IKN Bidang Komunikasi Publik Troy Harold Pantouw mengatakan, sepuluh titik rawan banjir telah diidentifikasi berdasarkan Kajian Risiko Bencana (KRB) oleh BNPB. Dari Teluk Dalam hingga Tengin Baru, potensi ancaman ini tak bisa dianggap sepele.
Menurut Troy, Otorita IKN tak tinggal diam. Dengan pendekatan holistik, berbagai langkah mitigasi dikebut. Teknologi menjadi ujung tombak: pemetaan sungai berbasis GIS, sensor AWLR untuk pemantauan air, hingga sistem peringatan dini (EWS) yang terintegrasi dengan Integrated Command and Control Center (ICCC). Semua ini bertujuan agar bencana tak datang tanpa peringatan.
Namun, penyebabnya lebih dari sekadar curah hujan tinggi. Tata ruang yang belum optimal, kenaikan muka air laut, serta alih fungsi lahan di hulu sungai memperparah keadaan. Otorita IKN menempuh jalur struktural dan non-struktural: pembangunan bendungan pengendali, rehabilitasi lahan dengan tanaman berdaya serap tinggi, hingga pengawasan aktivitas ilegal yang merusak ekosistem.
“Konsep Zero Delta Q dan Water Sensitive Urban Development (WSUD) turut diterapkan, memastikan bahwa air tak hanya dikendalikan, tapi juga dimanfaatkan secara berkelanjutan. Kerja sama dengan BMKG pun dijalin untuk meningkatkan akurasi prediksi cuaca,” ungkap Troy.
Ambisi besar selalu membawa tantangan besar. IKN bertaruh pada kecanggihan teknologi demi menghindari bencana klasik kota-kota besar. (*)