HERALD.ID, JAKARTA — Bulan Ramadan selalu menjadi momen istimewa bagi umat Islam untuk memperbaiki diri dan mendekatkan hati kepada Allah.

Namun, menurut Gus Baha, ada satu hal penting yang sering kali luput dari perhatian: tidak semua orang memahami bagaimana Allah meninggikan derajat seseorang di bulan suci ini.

Dalam sebuah pengajian, Gus Baha mengingatkan bahwa kemuliaan seseorang di sisi Allah tidak hanya ditentukan oleh banyaknya ibadah, tetapi juga oleh cara seseorang memaknai dunia dan akhirat.

“Orang yang paling dekat dengan Allah di bulan Ramadan adalah mereka yang tahu bagaimana menggunakan dunia untuk kebaikan,” ujar Gus Baha.

Ia menjelaskan bahwa dunia bukan sesuatu yang hina, melainkan ladang amal bagi mereka yang memiliki niat baik.

“Sujud, sedekah, dan mengaji — semua itu terjadi di dunia. Jangan pernah meremehkan dunia, karena justru di sinilah kita menentukan nasib kita di akhirat,” tambahnya.

Menurut Gus Baha, ada kesalahpahaman di kalangan sebagian orang yang menganggap menjauh dari dunia adalah cara terbaik untuk meraih kesalehan.

Padahal, ia menegaskan bahwa dunia bisa menjadi jalan menuju surga, tergantung bagaimana seseorang menggunakannya.

“Orang Sufi sekalipun harus belajar fikih dan tetap berkontribusi pada masyarakat. Kesalehan tidak berarti mengabaikan tanggung jawab sosial,” kata Gus Baha.

Ia juga mengingatkan tentang pentingnya memahami ruksah (keringanan) dalam ibadah, terutama selama Ramadan. Ada kalanya seseorang diberi keringanan untuk tidak berpuasa karena kondisi tertentu, dan itu bukan tanda kelemahan iman.

“Allah memberi ruksah karena kasih sayang-Nya. Tapi anehnya, ada orang yang merasa tertekan seolah-olah kalau mengambil ruksah, imannya berkurang. Padahal, ruksah itu sendiri adalah bentuk keimanan,” ujarnya.

Lebih jauh, Gus Baha menekankan bahwa seseorang bisa menjadi wali atau kekasih Allah bukan hanya karena banyaknya ibadah, tetapi karena kesungguhan mereka dalam berbuat baik dan niat yang lurus.

“Ada orang yang menjadi wali bukan karena banyak tahajud, tapi karena ia pemimpin yang adil, guru yang ikhlas, atau tetangga yang baik. Semua itu bagian dari jalan menuju Allah,” jelasnya.

Gus Baha mengajak umat Islam untuk memandang Ramadan sebagai kesempatan memperbaiki diri, baik dalam hubungan dengan Allah maupun sesama manusia.

“Derajat seseorang di sisi Allah tidak hanya ditentukan oleh seberapa sering ia beribadah, tapi juga bagaimana ia memaknai dunia dan memanfaatkannya untuk kebaikan,” pungkasnya. (*)