HERALD.ID, JAKARTA – Pasar saham domestik kembali mengalami tekanan pada perdagangan Jumat (14/3/2025), dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah.

Sejak awal sesi, IHSG sudah menunjukkan tren pelemahan dan akhirnya ditutup turun 131,78 poin atau 1,98 persen ke level 6.515,63. Sepanjang hari, indeks bergerak di kisaran 6.500-an, dengan titik terendah tercatat di 6.514,69.

Berdasarkan data RTI, pergerakan saham di bursa mencerminkan dominasi tekanan jual. Sebanyak 205 saham mengalami kenaikan, sementara 384 saham terkoreksi dan 218 saham stagnan.

Nilai transaksi sepanjang sesi mencapai Rp 9,10 triliun dengan volume perdagangan sebesar 15,65 miliar saham.

Beberapa saham mencatatkan pelemahan signifikan dan masuk dalam daftar top losers, di antaranya:

  • Jantra Group Indonesia (JGI) turun 8,70 persen ke 1.810
  • Bank Central Asia (BBCA) turun 2,51 persen ke 8.750
  • Sanurhasta Mitra (MINA) turun 14,57 persen ke 129

Di sisi lain, sejumlah saham berhasil mencatatkan kenaikan tertinggi (top gainers), antara lain:

  • Kedaung Indah Can (KICI) melonjak 34,51 persen ke 152
  • Sarana Mitra Luas (SMIL) naik 24,86 persen ke 432
  • Hartadinata Abadi (HRTA) menguat 10,88 persen ke 530

Sementara itu, pergerakan bursa saham Asia menunjukkan tren beragam:

  • Indeks Shanghai Komposit naik 1,81 persen (60,83 poin) ke 3.419,56
  • Nikkei 225 meningkat 0,73 persen (270 poin) ke 37.078,5
  • Straits Times Index turun tipis 0,09 persen (3,55 poin) ke 3.833,97
  • Hang Seng melonjak 2,12 persen (497,33 poin) ke 23.959,98

Di sisi mata uang, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menunjukkan penguatan. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp 16.350 per dolar AS, naik 0,47 persen atau 78 poin dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp 16.428 per dolar AS.

Kurs tengah Jisdor pada Kamis (14/3/2025) tercatat di Rp 16.392 per dolar AS, lebih kuat dibandingkan Rabu (13/3/2025) yang berada di Rp 16.428 per dolar AS.

Investor diharapkan tetap mencermati pergerakan pasar dan faktor global yang dapat mempengaruhi sentimen perdagangan ke depan. (*)