HERALD.ID – Di balik gemerlap teknologi dan dominasi Huawei di industri global, berdiri seorang pria dengan tekad baja: Ren Zhengfei. Lahir pada 25 Oktober 1944 di Kabupaten Zhenning, Guizhou, Tiongkok, ia tumbuh dalam lingkungan serba terbatas. Namun, keterbatasan itu tidak membatasi semangatnya.

Sebagai anak dari seorang pegawai administrasi pabrik persenjataan dan seorang guru, Ren kecil belajar menghargai disiplin dan kerja keras. Pendidikan menjadi tamengnya untuk keluar dari jerat kemiskinan. Ia menempuh pendidikan teknik sipil di Institut Teknik Sipil dan Arsitektur Chongqing, lalu bergabung dengan Korps Teknik Tentara Pembebasan Rakyat pada 1974. Di sana, ia dijuluki “Ren-Tech” karena inovasi-inovasi yang dihasilkannya.

Ketika pemerintah Tiongkok membubarkan Korps Teknik pada 1983, Ren harus mencari jalan baru. Shenzhen, kota yang tengah berkembang pesat, menjadi tujuan berikutnya. Di sana, ia bekerja di industri elektronik sebelum akhirnya mendirikan Huawei pada 1987 dengan modal awal 21.000 yuan.

Awalnya, Huawei hanya menjual ulang peralatan telekomunikasi impor. Namun, visi besar Ren melampaui sekadar menjadi perantara. Ia ingin Tiongkok memiliki teknologi sendiri. Perusahaan mulai mengembangkan produk sendiri dan pada 1993 meluncurkan switch telepon C&C08, yang menjadi andalan di pasar domestik. Huawei pun semakin diperhitungkan.

Ekspansi internasional Huawei dimulai pada akhir 1990-an. Kontrak dengan Hutchison Whampoa di Hong Kong membuka jalan ke pasar global. Pada 2012, Huawei menyalip Ericsson sebagai produsen peralatan telekomunikasi terbesar dunia. Bahkan, pada 2020, Huawei melampaui Samsung dan Apple dalam produksi smartphone.

Meski sukses, Ren tetap sosok yang misterius dan jarang muncul di publik. Ia dikenal tegas namun rendah hati. Di balik layar, ia terus mendorong inovasi, termasuk pengembangan teknologi 5G yang menjadikan Huawei pemimpin global dalam industri telekomunikasi.

Ren Zhengfei bukan sekadar pendiri perusahaan. Ia adalah simbol kegigihan, bukti bahwa inovasi tidak mengenal batas, dan bahwa mimpi besar bisa diwujudkan dengan kerja keras dan visi yang kuat.